Google Klarifikasi Soal Korupsi Chromebook, Tapi Tak Komentar Soal Nadiem

Google Klarifikasi Soal Korupsi Chromebook, Tapi Tak Komentar Soal Nadiem

Google klarifikasi peran di proyek Chromebook usai Nadiem ditetapkan tersangka, tapi pilih bungkam soal kasus korupsi yang disorot Kejagung.-Foto: IG @kejaksaan.ri-

Setelah badai Chromebook mengguncang dunia pendidikan digital Indonesia dan menyeret Nadiem Makarim ke status tersangka, kini awan digital bernama Google Cloud ikut tersambar petir. KPK tengah membuka lembar baru dalam penyelidikan pengadaan layanan cloud computing di Kemendikbudristek—yang disebut-sebut beraroma miliaran dan melibatkan banyak pihak, termasuk mantan pimpinan GoTo.

Ketua KPK Setyo Budiyanto memastikan, penyelidikan proyek Google Cloud ini tidak akan “terlindas” oleh perkara besar lain, termasuk gemuruh Chromebook yang kini sedang ditangani Kejaksaan Agung. Bahkan, ia menyebut KPK siap berkoordinasi dengan Jampidsus jika kelak harus memanggil ulang Nadiem, yang saat ini sudah jadi tahanan resmi Kejagung. Dengan kata lain: status tersangka tak jadi halangan untuk menggali kasus lain.

BACA JUGA:Kasus Nadiem Tak Berhenti di Chromebook yang Diusut Kejagung, KPK Juga Kejar Korupsi Google Cloud

“Ada cara koordinasi dengan Jampidsus kalau memang ada proses,” ujar Setyo kepada wartawan, Kamis, 4 September 2025 di Kompleks Parlemen.

Penyelidikan soal Google Cloud sejatinya sudah mulai “berembus” sejak lama. Bahkan Nadiem sendiri sempat diperiksa KPK pada 7 Agustus 2025, hanya beberapa minggu sebelum ditetapkan tersangka oleh Kejagung dalam perkara Chromebook.

Tapi sebelum Nadiem, Melissa Siska Juminto dan Andre Soelistyo—dua eks bos besar GoTo—telah lebih dulu dipanggil pada 5 Agustus 2025. GoTo memang bukan lembaga negara, tapi proyek cloud ini cukup menggoda untuk diselami siapa saja yang terlibat di balik layar.

KPK tidak menyebut langsung apakah GoTo terlibat sebagai vendor resmi atau hanya sekadar pihak yang “kebetulan bersinggungan”. Namun Ketua KPK memastikan bahwa pemeriksaan para eks bos unicorn itu diperlukan untuk mendalami mekanisme pengadaan layanan cloud yang bernuansa Google, bukan sekadar ruang kelas daring seperti Google Classroom.

BACA JUGA:Tunjangan DPRD NTT Tembus Rp41,4 M Setahun Saat 1 Juta Warga Hidup di Bawah Rp18 Ribu Sehari

“Ini soal pengadaan besar, bukan hanya edukasi daring. Jadi kami dalami siapa saja yang bermain di balik Google Cloud,” kata Setyo.

Tak hanya para eksekutif, Fiona Handayani, staf khusus Nadiem yang dikenal sebagai satu dari anggota “Grup WhatsApp Mas Menteri”, juga telah diperiksa pada akhir Juli 2025. Grup WA yang awalnya hanya disangka sebagai kanal koordinasi personal, kini dianggap oleh penyidik lebih mirip ruang rapat informal berpengaruh yang mengatur ritme pengadaan teknologi jutaan dolar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News