Didorong untuk Kecam Invasi Rusia, Cina Malah Kirim Diplomat ke Moskow
Selasa 19-09-2023,21:08 WIB
Ilustrasi: Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping bersalaman.--Kremlin
JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Negara-negara anggota G7 per Selasa (19/9) ini mengeluarkan pernyataan yang mendesak China untuk mempengaruhi Rusia agar menghentikan agresinya di Ukraina.
Pernyataan ini muncul setelah para menteri luar negeri dari negara-negara G7 bertemu di sela-sela Majelis Umum PBB dan merilis pernyataan bersama tersebut.
Pernyataan bersama ini dikeluarkan oleh Jepang, yang saat itu menjabat sebagai ketua jajaran kementerian luar negeri negara-negara G7.
Isi pernyataan tersebut adalah seruan kepada China untuk mendorong penarikan pasukan Rusia dari Ukraina dengan segera, menyeluruh, dan tanpa syarat.
Pernyataan ini muncul setelah kunjungan diplomat China, Wang Yi, ke Rusia selama empat hari.
Selama kunjungan tersebut, China dan Rusia menyatakan niat mereka untuk mempererat hubungan politik.
Selain itu, kunjungan Presiden Rusia, Vladimir Putin, ke Beijing juga sedang dalam rencana.
Negara-negara G7 juga mengapresiasi partisipasi China dalam pertemuan yang dipimpin oleh Ukraina di Jeddah.
Mereka mendorong China untuk mendukung perdamaian yang adil dan abadi, termasuk melalui dialog langsung dengan Ukraina.
“Kami mendorong China untuk mendukung perdamaian yang adil dan abadi, termasuk melalui dialog langsung dengan Ukraina,” berikut bunyi pernyataan tersebut.
Pernyataan bersama dari G7 tidak menyebutkan negara mana yang secara spesifik dimaksud, tetapi memberikan seruan kepada anggotanya untuk menegaskan kembali seruan kepada pihak ketiga untuk menghentikan segala bentuk bantuan terhadap agresi Rusia atau akan menghadapi kerugian besar.
Kunjungan Putin ke Rusia juga menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya.
Pertemuan Putin dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, membahas hubungan militer yang lebih erat, yang membuat AS dan Barat waspada.
Korea Utara dan Rusia membantah bahwa pertemuan tersebut terkait dengan kesepakatan pasokan senjata.
Namun, ketegangan meningkat ketika Kim membawa pulang hadiah dari Rusia, termasuk senjata buatan Rusia, sarung tangan kosmonot, rompi anti-peluru, topi bulu, dan drone militer.
Pada saat yang sama, Wang Yi, diplomat terkemuka China, bertandang ke Rusia dalam kunjungan yang digambarkan sebagai "konsultasi keamanan strategis."
Wang dan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Lavrov, menyatakan bahwa upaya apa pun untuk mengakhiri perang di Ukraina harus mempertimbangkan kepentingan Rusia.
"Upaya sia-sia untuk menyelesaikan krisis tanpa memperhitungkan kepentingan Rusia dan, lebih khusus lagi, partisipasinya," kata Kementerian Luar Negeri Cina Senin (18/9) kemarin.
Beberapa pihak menduga bahwa China telah memberikan dukungan tidak langsung kepada Rusia selama perang tersebut, meskipun Rusia membantahnya.
AS menduga bahwa China membantu ekonomi Rusia dan memasok teknologi ke negara tersebut sejak perang dimulai.
Laporan intelijen AS yang dirilis pada bulan Juli mengungkapkan bahwa China meningkatkan pembelian ekspor energi Rusia, meningkatkan penggunaan mata uang China dalam transaksi dengan Rusia, dan "kemungkinan" memasok teknologi yang memiliki potensi digunakan baik untuk tujuan sipil maupun militer, seperti drone yang digunakan di Ukraina.
China selalu membantah tuduhan-tuduhan ini dan menyatakan bahwa mereka mempertahankan posisi yang obyektif dalam perang Ukraina.
Namun, peran China dalam situasi ini menjadi sorotan dan menjadi bagian dari dinamika geopolitik yang semakin rumit.
Kunjungan Wang ke Rusia juga terjadi setelah Putin bertemu Kim Jong-un selama satu pekan di Moskow.
Beberapa pengamat menduga bahwa China memberikan izin atau persetujuan tidak langsung terhadap kerja sama antara Korea Utara dan Rusia, mengingat hubungan dekat China dengan kedua negara tersebut.
Hubungan China dengan Korea Utara dan Rusia melampaui perbedaan ideologi sosialis mereka dan ketidakpercayaan mereka terhadap AS dan Barat.
China telah lama menjadi mitra dagang utama Korea Utara dan saat ini mulai menjadi mitra dagang utama Rusia melalui pembelian minyak dan gas Rusia.
Temukan konten Postingnews.Id menarik lainnya di Google News
Sumber: