Di Depan Menteri-Menterinya, Prabowo Minta Jangan Setia ke Dirinya

Di Depan Menteri-Menterinya, Prabowo Minta Jangan Setia ke Dirinya

Prabowo meminta para menterinya tidak setia kepada dirinya, melainkan kepada bangsa dan rakyat demi pemerintahan yang bersih.-Foto: IG @presidenrepublikindonesia-

JAKARTA, PostingNews.id — Di tengah agenda yang penuh simbol kerakyatan, Presiden Prabowo Subianto memilih menyampaikan pesan yang terdengar sederhana, tapi menusuk ke inti kekuasaan. Ia meminta para menterinya untuk tidak menaruh kesetiaan kepadanya sebagai pribadi, melainkan kepada bangsa dan rakyat.

Pesan itu disampaikan Prabowo saat menghadiri akad massal 50.300 unit rumah subsidi di Perumahan Pondok Banten Indah, Serang, Banten, Sabtu 20 Desember 2025. Dalam suasana yang diwarnai seremoni perumahan rakyat, Prabowo mengawali dengan ucapan terima kasih kepada para menteri yang selama ini membantunya menjalankan program-program kerakyatan, termasuk target besar penyediaan 3 juta rumah subsidi.

“Saya terima kasih sekali lagi, saya didukung menteri-menteri yang setia kepada bangsa dan rakyat. Saya minta ke mereka, jangan setia kepada Prabowo,” kata Prabowo.

Ia lalu menarik garis yang jelas antara jabatan dan nilai. Menurut Prabowo, dirinya hanyalah manusia yang bisa datang dan pergi. Kekuasaan tidak abadi, dan kesetiaan yang dilekatkan pada figur pasti akan berakhir. Sebaliknya, kesetiaan kepada Indonesia dan rakyat harus terus hidup, siapa pun presidennya.

BACA JUGA:Bahlil Tegaskan Golkar Tak Akan Setengah Hati, Dukungan ke Prabowo-Gibran Harga Mati

“Prabowo datang, Prabowo bisa pergi. Prabowo manusia. Setia kepada Republik, setia kepada rakyat!” ucapnya.

Bagi Prabowo, kesetiaan semacam itu bukan sekadar slogan. Ia menyebutnya sebagai fondasi penting untuk membangun pemerintahan yang bersih dan antikorupsi. Tanpa keberpihakan yang jelas kepada rakyat, kekuasaan mudah tergelincir menjadi alat kepentingan sempit.

Di titik itu, Prabowo mengingat kembali pesan lama yang masih ia simpan rapat. Pesan itu datang dari ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo, sekitar sebulan sebelum wafat. Dalam kondisi duduk di kursi roda, Sumitro menyampaikan satu pesan yang menurut Prabowo terus menjadi kompas moralnya.

“Dia hanya kasih satu pesan kepada saya. Dia sudah di kursi roda, mungkin dia merasa akan dipanggil Tuhan. Dia mengatakan, ‘Prabowo, kalau suatu saat kamu berada dalam keadaan bingung dan ragu-ragu, ingat, selalu berpihak kepada rakyatmu.’ Itu pesan beliau,” kata Prabowo.

BACA JUGA:Korban Bencana Sumatera Kewalahan, PDIP Desak Pemerintah Buka Pintu Bantuan Asing

Pesan itu, ujar Prabowo, ia tanamkan dalam-dalam saat memimpin negara. Ia mengaku selalu membawa prinsip tersebut ketika menginstruksikan para menterinya, terutama saat dihadapkan pada pilihan kebijakan yang tidak mudah.

“Tanya menteri-menteri, kalau dihadapkan dengan keputusan cara bertindak A atau B atau C, saya selalu tanya: mana yang menguntungkan rakyat kecil? Kalau yang A, ya A jalankan. Kalau B, ya B. Kalau C, ya C. Karena pendapat saya kira-kira sama dengan ayah saya,” kata Prabowo.

Ia menutup dengan penekanan yang lebih tegas. Negara, menurutnya, tidak boleh abai terhadap rakyat yang paling lemah. Mereka yang tidak punya daya dan sepenuhnya bergantung pada negara justru harus menjadi prioritas utama.

“Kalau orang yang kuat, ya dia sudah kuat, sudah dia tahan banting, silakan. Tapi yang paling lemah, ini yang harus kita bela, ini yang harus kita berdayakan. Kalau yang paling lemah ini berdaya, ya dia akan hidupkan seluruh ekonomi,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share