Amin Ak: Manufaktur Masih Jadi Andalan, Tapi Napasnya Pendek Dihimpit Impor Murah
Amin Ak menilai industri manufaktur masih jadi andalan ekonomi, namun tertekan impor murah dan kebijakan fiskal yang belum sinkron.-Foto: fraksi.pks.id-
BACA JUGA:Kayu Sisa Banjir Tak Dibiarkan Mubazir, Pemerintah Putuskan Dipakai Bangun Hunian Korban
“Ini bukan proteksi berlebihan. Ini koreksi agar pasar domestik tidak sepenuhnya kehilangan ruang bagi industri nasional,” ujarnya.
Amin juga menyinggung derasnya investasi asing langsung ke sektor manufaktur. Di atas kertas, investasi ini memang menambah kapasitas produksi. Namun tanpa arah kebijakan yang jelas, ia mengingatkan bahwa investasi tidak otomatis memperkuat fondasi industri nasional.
“Kita perlu investasi asing yang membangun rantai pasok, mentransfer teknologi, dan memperkuat industri yang sudah ada. Kalau tidak, kita hanya jadi lokasi produksi tanpa kendali nilai tambah,” kata Amin.
Ia menilai ancaman deindustrialisasi dini masih nyata jika pertumbuhan industri baru tidak dibarengi penguatan industri yang telah lebih dulu tumbuh. Tanpa fondasi yang kuat, industri hanya akan menjadi penonton di rumah sendiri.
BACA JUGA: Bikin Minder Anak Muda! Nenek 92 Tahun Ini Juara Turnamen Tekken 8, Dunia Esports Auto Tercengang
Menatap 2026, Amin menegaskan manufaktur harus kembali ditempatkan sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi. Target pertumbuhan tinggi, menurutnya, sulit dicapai jika basis industri terus melemah dan hanya bertumpu pada konsumsi serta impor.
“Negara maju tidak dibangun dari konsumsi dan impor. Ia dibangun dari industri yang kuat, efisien, dan dilindungi secara rasional,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News