Gosip Redenominasi Rupiah Makin Kencang, Pemerintah: Tenang, Belum Saatnya!

Gosip Redenominasi Rupiah Makin Kencang, Pemerintah: Tenang, Belum Saatnya!

Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi menilai redenominasi rupiah hanya ilusi angka tanpa dampak riil terhadap daya beli dan produktivitas nasional.-Foto: Istimewa-

POSTINGNEWS.ID --- Kabar soal redenominasi rupiah — alias penyederhanaan nilai uang dari misalnya Rp1.000 jadi Rp1 — kembali bikin heboh warganet. Banyak yang menduga langkah ini bakal dijalankan dalam waktu dekat. Tapi, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa langsung menepis rumor itu.

“Enggak sekarang, enggak juga tahun depan,” tegasnya saat menghadiri acara di Universitas Airlangga, Surabaya (10/11).

Jadi, buat kamu yang sudah mikir harga kopi bakal berubah jadi Rp5 per gelas, santai dulu. Pemerintah belum ada rencana menukar angka nol di uang kita dalam waktu dekat.

BACA JUGA:Purbaya Sudah Ingatkan: Utang Whoosh Harusnya Dibayar Danantara, Bukan APBN

Urusan BI, Bukan Kemenkeu

Purbaya menjelaskan, urusan redenominasi bukan wewenang Kementerian Keuangan. Yang pegang kendali sepenuhnya adalah Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter nasional.

“Denom (redenominasi) itu kebijakan Bank Sentral. Nanti diterapkan sesuai kebutuhan dan waktunya. Tapi bukan sekarang,” ujarnya.

Artinya, meski pemerintah mendukung rencana jangka panjang penyederhanaan nilai rupiah, keputusan pelaksanaannya tetap di tangan BI. Jadi kalau ada isu “tahun depan uang Rp1.000 bakal jadi Rp1,” bisa dipastikan itu cuma gosip ekonomi.

BACA JUGA:Purbaya Bakal Godok Tarif Baru Untuk Rokok: Cukai Tinggi Malah Tembakau Ilegal Masuk

Ada di Rencana Strategis, Tapi Bukan Tahun Ini

Meski belum dijalankan, rencana redenominasi bukan isapan jempol. Dalam PMK Nomor 70 Tahun 2025 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2025–2029, pemerintah memang sudah mencantumkan penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) Redenominasi Rupiah.

Targetnya? Dokumen hukum itu diselesaikan pada tahun 2027. Artinya, masih ada waktu panjang untuk menyiapkan semua hal yang dibutuhkan — dari sistem akuntansi, infrastruktur keuangan, sampai edukasi publik.

Purbaya menegaskan, langkah ini bukan karena rupiah sedang lemah, tapi murni untuk meningkatkan efisiensi ekonomi dan memperkuat citra mata uang Indonesia di mata dunia.

BACA JUGA:Menkeu Purbaya Diomeli Pedagang Gara Gara Penertiban Thrifting Ilegal

Efisiensi dan Gengsi Nasional

Banyak negara sudah lebih dulu melakukan redenominasi, dan hasilnya cukup positif. Tujuannya bukan sekadar “memotong nol” di uang, tapi untuk membuat sistem transaksi jadi lebih efisien dan simpel.

Bayangin aja, kalau nanti semua harga dan angka keuangan lebih ringkas, urusan akuntansi dan laporan keuangan bisa jadi lebih gampang. Selain itu, psikologis pasar juga bisa lebih tenang karena rupiah terlihat lebih kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News