Di Pengungsian Banjir Sumatera, Warga Mulai Sakit Satu per Satu, Ada yang Diare, Ada yang ISPA

Di Pengungsian Banjir Sumatera, Warga Mulai Sakit Satu per Satu, Ada yang Diare, Ada yang ISPA

Pengungsi banjir Sumatera mulai terserang diare, ISPA, dan penyakit lain. DPR meminta pemerintah mempercepat pemantauan dan distribusi obat-obatan.-Foto: Antara-

JAKARTA, PostingNews.id – Gelombang penyakit mulai muncul di tengah pengungsian korban banjir dan longsor di berbagai wilayah Sumatera. Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris mengingatkan bahwa kondisi kesehatan para pengungsi bergerak ke arah yang mengkhawatirkan, seiring fasilitas layanan yang banyak lumpuh.

Menurut Charles, sejumlah penyakit khas situasi darurat mulai bermunculan. Dia menyebut diare dan infeksi saluran pernapasan akut sebagai yang paling sering terlihat. Situasi ini tidak mengejutkan, mengingat ribuan warga harus tinggal di tempat penampungan sementara dengan kondisi serba terbatas.

"Kami juga sudah menerima laporan bahwa berbagai penyakit seperti, yang banyak ditemukan ya, diare, ISPA, leptospirosis, dan oleh karena itu kami meminta Kemenkes untuk memonitor terus" ujar Charles saat ditemui di Bandung pada Jumat 5 Desember 2025.

Charles menegaskan perlunya pemantauan menyeluruh agar layanan kesehatan tidak terputus. Belakangan ini distribusi logistik medis juga sempat tersendat karena akses menuju wilayah terdampak banyak yang terputus. Dalam kondisi begini, keterlambatan kecil bisa berujung pada masalah besar.

BACA JUGA:Pemerintah Garuk-garuk Kepala, 43 Cagar Budaya Ternyata Ikut Jadi Korban Banjir Sumatera

Politikus PDI Perjuangan itu menyoroti pentingnya menjaga pasokan obat-obatan. Menurutnya, layanan kesehatan yang tepat sasaran hanya bisa berjalan jika stok obat tetap tersedia bagi para pengungsi dan warga yang masih membutuhkan perawatan rutin.

"Cari apa yang dibutuhkan sehingga pelayanan kesehatan tepat sasaran dan juga tetap bisa diberikan kepada yang membutuhkan. Termasuk juga inventori obat-obatan yang memang dibutuhkan di lapangan" kata Charles.

Ia menambahkan bahwa masyarakat yang selama ini menjalani pengobatan rutin tidak boleh kehilangan akses hanya karena bencana. "Karena kami juga ingin menjaga agar masyarakat yang saat ini misalnya menjalani pelayanan kesehatan, menjalani pengobatan secara rutin, jangan sampai karena adanya bencana mereka akhirnya tidak mendapatkan pelayanan sehingga kondisinya bisa memburuk" sambungnya.

Charles mengingatkan bahwa kebutuhan obat dan tenaga kesehatan harus dipastikan terpenuhi karena banyak fasilitas kesehatan di lokasi bencana tidak bisa beroperasi. Kondisi rumah sakit di tiga provinsi terdampak juga makin tertekan.

BACA JUGA:Order Offline Berujung Duel Maut di Sukabumi, Ojol dan Begal Masuk Rumah Sakit yang Sama

"Dari yang saya terima kemarin, saya lupa angka pastinya ya, tetapi jumlah fasyankes yang tidak beroperasi sepertinya semakin bertambah. Jumlah rumah sakit, kalau saya tidak salah ingat, sudah lebih dari 15 rumah sakit yang tidak beroperasi di tiga provinsi yang terdampak banjir" pungkasnya.

Dengan meningkatnya jumlah pengungsi, fasilitas kesehatan yang lumpuh, dan penyakit yang mulai menyebar, peringatan Charles menjadi sinyal bahwa bencana Sumatera bukan hanya soal air yang meluap tetapi juga ancaman kesehatan yang mengintai para penyintas dari hari ke hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share