Salju Abadi di Puncak Cartenz Terancam Lenyap Akibat Krisis Iklim
Salju Abadi di Puncak Cartenz Terancam Lenyap Akibat Krisis Iklim--
POSTINGNEWS.ID – Salju abadi di Puncak Cartenz, Pegunungan Jayawijaya, Papua Tengah, diperkirakan akan hilang dalam waktu 12 hingga 18 bulan ke depan.
Peringatan ini disampaikan oleh Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, dalam acara Indonesia Climate Change Forum (ICCF) III 2025 di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta.
Menurut Eddy, fenomena ini menjadi bukti nyata dampak perubahan iklim global yang semakin ekstrem.
BACA JUGA:29 dari 34 Peserta Pesta Gay di Surabaya Dinyatakan Positif HIV
“Ketika saya masih di sekolah dasar dibanggakan sebagai pegunungan dengan salju abadinya. Dibandingkan era tahun 70-an dengan saat ini, salju abadi di pegunungan Cartenz tersisa hanya 5% saja, dan diperkirakan akan habis dalam 12-18 bulan yang akan datang,” ujarnya, Rabu (22/10/2025).
Eddy menjelaskan, peningkatan suhu global dan polusi udara yang parah mempercepat mencairnya es di kawasan tropis.
Ia menyebut kondisi tersebut sebagai alarm bagi seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat aksi iklim.
BACA JUGA:Bahlil ke Kader Golkar: Sudah Lah, Meme Doang Tak Usah Dibawa ke Polisi
Selain perubahan iklim, Eddy juga menyoroti persoalan pengelolaan sampah yang masih menjadi masalah besar di Indonesia.
“Hanya sekitar 40% dari total sampah nasional yang mampu dikelola,” ujarnya.
Ia menambahkan, penumpukan sampah kini terjadi di hampir seluruh tempat pembuangan akhir (TPA). Akibatnya, banyak sungai di Indonesia tercemar limbah plastik.
BACA JUGA:Diserang Meme Rasis, Bahlil: Sudah Biasa Dihina Sejak SD
“Bahkan ada suatu peristiwa di mana seekor paus ditemukan terdampar, dan ketika dibuka, di dalam perutnya terdapat kandungan plastik 400 kilogram,” ungkap Eddy.
Menurutnya, peristiwa itu menjadi simbol betapa rusaknya ekosistem laut akibat ulah manusia.
“Paus tidak bisa membedakan mana makanan dan mana plastik,” katanya menegaskan.
BACA JUGA:Skandal Hubungan Haram Politisi PPP dengan Polwan di Blitar
Eddy menyerukan agar pemerintah mempercepat agenda transisi hijau dan memperkuat regulasi pengurangan emisi karbon. Indonesia, kata dia, harus menjadi contoh negara berkembang yang serius menghadapi krisis iklim.
Ia menutup dengan pesan moral bahwa menjaga lingkungan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan demi kelangsungan hidup generasi mendatang.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News