Menteri Lingkungan Hidup Ungkap Rahasia Kotor di Balik Hujan Plastik

Menteri LH Hanif Faisol beberkan temuan mikroplastik dalam air hujan dan sebut sistem pengelolaan sampah yang buruk jadi biang keladi.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id – Langit Indonesia ternyata tak cuma menurunkan hujan air, tapi juga hujan plastik. Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol resmi mengumumkan temuan mikroplastik dalam air hujan, bukti bahwa polusi kini sudah naik kelas, dari tanah dan laut sampai ke awan.
Menurut Hanif, biang keroknya enggak perlu dicari jauh-jauh. Sistem pengelolaan sampah di Indonesia masih barbar.
Bagaimana bisa plastik dari tumpukan sampah menyasar ke langit? Hanif menjelaskan, TPA yang dibiarkan terbuka membuat plastik terus-menerus diguyur hujan dan dijemur panas. Lama-lama, bahan itu terurai jadi partikel superkecil.
“Begitu panas, hujan terurai dia menjadi mikron. Mikron itulah bisa disebut dengan mikroplastik,” katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa, 21 Oktober 2025.
BACA JUGA:Survei IPO: Kepuasan Publik ke Prabowo 86 Persen, Gibran Hanya 29 Persen
Nah, partikel sekecil debu itu lalu diangkut angin, naik ke atmosfer, dan ikut proses kondensasi. Hasilnya adalah hujan yang mestinya membawa kesegaran, kini ikut menurunkan sisa plastik. “Karena sampah plastik tidak segera ditangani,” tegas Hanif.
Ancaman ini bukan main-main, karena udara dan sumber air ikut tercemar. Tapi meski peringatan sudah sejelas itu, banyak daerah masih sibuk saling lempar tanggung jawab. Hanif mendorong agar proyek teknologi waste-to-energy segera dijalankan.
Wilayah seperti Bekasi, Tangerang, dan Bogor sudah diincar jadi contoh penerapan. Sayangnya, Jakarta justru terhambat urusan klasik, yakni soal lahan.
“Kami minta segera ini diperhatikan, karena serius kondisi pencemarannya cukup besar di Jakarta. Kalau kita tidak segera tangani ya tadi. Selain pencemaran air, pencemaran udara melalui mikroplastik,” ujarnya.
BACA JUGA:Pemerintah Mau Bikin Soeharto Jadi Pahlawan, Amnesty: Reformasi Sudah Lupa Diri?
Hanif menegaskan, temuan ini harusnya jadi titik balik, bukan sekadar headline sesaat. Penelitian sudah cukup banyak. Sekarang waktunya eksekusi. Toh, kalau langit saja sudah ikut kotor, mungkin memang kita yang kebanyakan menunda bersih-bersih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News