Menteri Brian Tak Habis Pikir Dosen di RI Lebih Ngebet Jadi Pejabat Ketimbang Peneliti

Menteri Brian Tak Habis Pikir Dosen di RI Lebih Ngebet Jadi Pejabat Ketimbang Peneliti

Menteri Brian Yuliarto heran banyak dosen Indonesia lebih tertarik jadi pejabat kampus daripada meneliti. Ia dorong budaya riset kembali hidup.-Foto: Antara-

JAKARTA, PostingNews.id – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto mengungkapkan satu fakta getir di dunia akademik Indonesia. Menurutnya, banyak dosen di tanah air yang lebih tertarik menjadi pejabat kampus ketimbang menekuni penelitian. Ia berharap kultur seperti itu bisa segera berubah agar riset tak lagi dipandang sebelah mata.

Brian bahkan mengaku sempat punya pikiran serupa. Ia bercerita, begitu pulang dari Jepang setelah menyelesaikan studi, keinginannya justru bukan meneliti, melainkan duduk di kursi jabatan. 

“Saya begitu sampai Indonesia, ingin jadi pejabat di perguruan tinggi. Karena senior-senior saya, waduh kayaknya enak jadi pejabat,” kata Brian dalam acara peluncuran Program Riset Prioritas Tahun 2026 di kantor Kementerian Pendidikan Tinggi, Jakarta, Selasa 21 Oktober 2025.

Namun setelah terjun lebih dalam ke dunia akademik, ia sadar kebanyakan dosen di Indonesia memang tidak bercita-cita jadi peneliti. “Waktu saya ketemu dosen, ternyata enggak ada yang mau jadi peneliti,” tutur mantan Wakil Rektor Institut Teknologi Bandung itu.

BACA JUGA:Setahun Prabowo - Gibran, Pengamat: Reformasi Jalan Ditempat 

Perilaku ini kontras dengan dosen-dosen luar negeri. Di Amerika Serikat, kata Brian, justru banyak dosen yang memilih menjadi peneliti karena punya kebebasan lebih besar di bidang akademis. 

Sementara di Indonesia, para dosen malah sibuk mengurus hal-hal administratif, mulai dari jadi pejabat kampus, panitia akreditasi, sampai panitia wisuda. “Saya tahu bapak-ibu dosen sekalian sibuk-sibuk semua,” ucap Brian sambil tersenyum. “Memang pasti sibuk, dosen-dosen Indonesia ini memang manusia super,” katanya berseloroh.

Brian menekankan perlunya membangun iklim penelitian yang sehat supaya karier riset bisa jadi kebanggaan, bukan pelarian. Ia menilai menjadi pejabat di kampus tidak salah, selama riset tetap jalan.

“Enggak apa-apa nanti sambil meneliti, ada lowongan dekan, jadi dekan. Bukan berarti enggak boleh, silakan,” ujarnya. Tapi ia mengingatkan, penelitian seharusnya jadi jati diri seorang dosen. “Ini yang perlu dibudayakan, melakukan riset,” katanya menegaskan.

BACA JUGA:Gara-gara Meme Bahlil, Sayap Muda Golkar Lari ke Polisi Bikin Laporan

Dalam acara itu, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi juga mengumumkan dana riset prioritas tahun depan mencapai Rp3 triliun, naik dari Rp2,5 triliun tahun ini. Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek, Fauzan Adziman, menjelaskan bahwa proposal penelitian bisa mulai diajukan pada 28 Oktober mendatang. 

“Untuk Program Riset Prioritas, kami pada dasarnya ingin meningkatkan kemampuan rata-rata riset dan keberhasilan riset di seluruh Indonesia,” ujar Fauzan.

Kalimat terakhir Brian seolah menjadi penutup paling menohok di tengah rutinitas birokratis kampus yang makin padat: riset itu seharusnya bukan hiasan, tapi napas universitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News