7 dari 10 Ibu Alami Mom Shaming, Dituntut Sempurna Picu Masalah Kesehatan Mental

7 dari 10 Ibu Alami Mom Shaming, Dituntut Sempurna Picu Masalah Kesehatan Mental

Air susu ibu atau ASI yang tersumbat kerap membuat ibu menyusui (busui) was was. -Pixabay-

POSTINGNEWS.ID - Tahukah kamu bahwa penelitian mengungkapkan bahwa sebagian besar ibu di Indonesia mengalami Mom Shaming? Kebiasaan masyarakat dalam menuntut seorang ibu menjadi sempurna mengakibatkan banyak ibu menderita gangguan kesehatan mental. Lantas, apa itu Mom Shaming?

 

Mom shaming adalah suatu kondisi ketika seseorang menghakimi atau mengkritik seorang ibu karena gaya atau pilihan pengasuhannya. Meskipun terkadang hal ini datang dari orang terdekat karena kurangnya pengetahuan tentang membaca situasi, Mom Shaming tetap saja berbahaya bagi kesehatan mental ibu.

 

BACA JUGA:10 Cara Hilangkan Kulit Wajah Belang Secara Alami Akibat Sinar Matahari

 

Sikap mempermalukan ibu ini dapat mengakibatkan munculnya keraguan diri, kecemasan, dan rasa tidak aman pada ibu. Yuk, simak penjelasannya.

 

Apa itu mom shaming?

 

Melansir dari Choosing Therapy, Mom Shaming mengacu pada tindakan mempermalukan keputusan ibu tentang pilihan persalinan, menyusui, gaya mengasuh anak, pendidikan anak, apakah akan bekerja atau tinggal di rumah, dan bahkan penampilan.

 

Mom Shaming dapat sangat merusak kesehatan mental ibu dan dapat menyebabkan rasa kesepian, tidak aman, kelelahan, dan tekanan pada ibu.

 

Beberapa orang yang terlibat dalam Mom Shaming ini memang berniat baik dan mencoba membantu. Namun sebagian banyak hanya memuaskan egonya untuk menjatuhkan orang lain.

 

Terlepas dari motivasinya, Mom Shaming sangat menyakitkan bagi ibu yang menerimanya. Hal ini dikarenakan ibu membutuhkan dukungan dan dorongan, bukan penilaian dan dipermalukan.

 

Studi Ungkap 7 dari 10 Ibu di Indonesia Alami Mom Shaming

 

Berdasarkan sebuah studi terbaru dari Health Collaborative Center (CC), sebuah organisasi nirlaba yang menjadi bagian dari Yayasan Sentra Kolaborasi Kesehatan Nasional, sebanyak tujuh dari 10 ibu di Indonesia mengalami Mom Shaming.

 

Studi yang berlangsung sejak Maret 2024 ini mengajak 892 ibu di Indonesia untuk berpartisipasi sebagai responden. Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti yang diketuai oleh HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH.

 

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jumlah ibu yang mengalami Mom Shaming di Indonesia mencapai 72 persen. Wah, cukup besar ya?

 

Ironisnya, sebagian besar Mom Shaming ini didapatkan ibu dari keluarga dan orang terdekat. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa pelaku Mom Shaming berasal dari lingkungan inti, yaitu keluarga, kerabat, dan lingkungan tempat tinggal.

 

Mom Shaming ini menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental dan emosional ibu.

 

Dalam penelitian bersama Research Associate HCC, Yoli Farradika M.Epid ini, terungkap bahwa mayoritas ibu yang mengalami Mom Shaming cenderung terpengaruh dengan sugesti dan cibiran dari perilaku ini. Alhasil, lebih dari 50 persen ibu terpaksa mengganti pola asuh untuk mengikuti “kritik” dari para pelaku Mom Shaming.

 

Sementara itu, dari ratusan responden penelitian, hanya 23 persen yang mengaku berani melawan dan menghindari mom-shaming.

 

10 Ciri-ciri Pelaku Mom Shaming & Dampaknya

 

Melansir dari Choosing Therapy, kamu dapat mengenali ciri-ciri perilaku Mom Shaming di antaranya:

 

1. Mengkritik pilihan ibu menjadi Ibu Rumah Tangga

 

Menurut Jajak Pendapat Gallup 2012, ibu yang tinggal di rumah dan menjadi Ibu Rumah Tangga mengalami lebih banyak kekhawatiran, kemarahan, stres, kesedihan, dan depresi secara signifikan daripada ibu yang bekerja di luar rumah.

 

Biasanya, ibu yang tinggal di rumah akan mendapat olokan seperti “Enak dong tidak usah bekerja”, atau “Aku juga pengen di rumah seharian sama anak”. Padahal, menjadi Ibu Rumah Tangga tidak berarti diam dan bersenang-senang bersama anak sepanjang hari.

 

Ibu yang menjadi ibu rumahan pasti memahami bahwa pekerjaan ini sangat sulit, melelahkan, dan tidak ada hentinya.

 

Padahal, alih-alih dihakimi, ibu yang tinggal di rumah akan lebih membutuhkan empati, dukungan, dan pengertian.

 

BACA JUGA:Cara Diet Isa Bajaj yang 2 Bulan Turun 12 Kilo, Masih Makan Mie Instant Tapi..

 

2. Mengkritik pilihan ibu dalam menyusui anak

 

Pastinya semua ibu ingin menyusui full ASI dengan breastfeeding selama 2 tahun. Namun, tidak semua ibu memiliki perjalanan menyusui yang mudah. Faktanya, beberapa ibu mengalami gangguan payudara sehingga membuat mereka tidak memungkinkan untuk mengasihi secara langsung.

 

Pilihan ibu untuk memompa ASI dan menyusukan kepada anak dengan botol susu atau memberi anak susu formula sering dihakimi. Banyak orang menilai bahwa tindakan ini membuat ibu tidak menjadi seorang ibu seutuhnya. Padahal, cara apapun yang ditempuh tetap membuat ibu berharga.

 

3. Menilai buruk ibu yang bekerja

 

Jenis mom shaming satu ini didasarkan pada keterikatan pada norma dan harapan sosial yang sudah ketinggalan zaman. Bahkan di zaman modern ini, banyak yang masih mengharapkan para ibu untuk mengambil beban pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak sepenuhnya.

 

Beberapa orang memandang rendah ibu yang memilih untuk bekerja daripada tinggal di rumah bersama anak-anak karena menilai ibu ini egois. Padahal, ada banyak cara untuk mengurus keluarga, dan setiap ibu memiliki pilihan untuk bekerja ataupun tidak.

 

4. Adanya persaingan antar ibu

 

Mom shaming juga bisa berasal dari daya saing dan perbandingan antar ibu. Ketika ibu mulai membandingkan diri dengan ibu lain, baik di media sosial atau secara langsung, hal ini dapat memulai persaingan yang tidak sehat.

 

Kenyataannya, setiap ibu memiliki kekuatan dan perjuangannya masing-masing. Setiap ibu memiliki kelebihan dan tidak perlu membandingkan dirinya dengan ibu lain.

 

5. Membandingkan dan mempermalukan perkembangan anak

 

Ibu dapat merasa malu jika anak tertinggal dalam hal perkembangan dan tidak mengikuti pertumbuhan anak-anak lain. Tanpa membandingkan dan menyalahkan ibu lain, hal Ini sudah menjadi sesuatu yang dikhawatirkan dan tidak perlu mempermalukan.

 

6. Mempermalukan pilihan sleep training 

 

Menurut ahli, sleep training adalah sumber besar rasa malu dan rasa bersalah orang tua loh. Setiap orang tua baru tentunya menginginkan waktu yang banyak bersama anak, namun juga berharap dirinya dapat tidur nyenyak sepanjang malam.

 

Ada banyak pilihan tentang sleep training ini, di antaranya tidur seranjang, co-sleeping, atau meninggalkan anak menangis di kamarnya hingga tertidur. Tidak ada metode terbaik dalam hal ini, ibu dapat menyesuaikannya dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing.

 

7. Menghakimi aktivitas anak

 

Tanpa sadar, ibu sering merasa menghakimi dan mempermalukan aktivitas anak karena merasa tidak sesuai standar. Nyatanya setiap anak memiliki kegemaran dan kelebihannya masing-masing. Jika ibu merasa bahwa anak tertinggal, ibu dapat membicarakannya dengan ahli.

 

BACA JUGA:Kurang Tidur Bisa Bikin Jerawatan? Bener Gak Sih?

 

8. Mengomentari tubuh ibu

 

Mom Shaming sangat lekat kaitannya dengan body shaming. Banyak dari ibu yang dikatakan gemuk setelah melahirkan, saat menyusui, bahkan saat anak sudah beranjak dewasa.

 

Ujaran seperti, “Kapan diet? Kan sudah lahiran” mungkin terdengar simpel bagi penanya. Namun hal ini sangat menyakiti hati ibu yang baru saja melahirkan. Hindari mengomentari tubuh ibu lain yang baru saja melahirkan.

 

9. Mempertanyakan pilihan persalinan

 

Beberapa ibu memilih untuk melahirkan bayinya di rumah sakit dengan epidural. Ada pula yang memilih melahirkan tanpa pengobatan, bahkan ada juga yang melahirkan di rumah.

 

Setiap orang tua berhak memilih bagaimana mereka akan melahirkan bayinya ke dunia dan tidak ada yang salah terkait pilihan ini.

 

10. Mengkritik cara ibu menghabiskan waktu luang

 

Kata siapa ibu tidak bisa me-time dan menikmati waktu luangnya sendirian? Perawatan diri penting agar ibu bahagia dan menjalani kehidupan sebagai ibu dengan hari gembira. Jadi, sebelum menilai ibu lain karena menyisihkan sedikit waktu untuk dirinya sendiri, ingatlah bahwa ibu juga berhak memiliki waktu untuk bernapas.

 

Itulah penjelasan mengenai fenomena Mom Shaming dan ciri-ciri perilaku Mom Shaming yang terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News