Dikritik karena Umroh saat Banjir, Bupati Aceh Selatan: Saya Ada Hajat Pilkada
Bupati Aceh Selatan Asyik Umroh ditengah musibah banjir Aceh. --
JAKARTA, PostingNews.id — Keputusan Bupati Aceh Selatan Mirwan MS untuk terbang umroh bersama istrinya di tengah banjir bandang membuat publik mengangkat alis. Situasi di lapangan masih sibuk dengan lumpur dan kayu gelondongan, sementara pemimpinnya justru menenteng koper menuju Tanah Suci. Kritik pun datang dari berbagai arah.
Namun Mirwan bersikeras bahwa keberangkatannya bukan keputusan mendadak. Ia menyebut perjalanan ini adalah nazar yang sudah ditetapkan jauh sebelum Pilkada berlangsung.
"Saya ada hajat sebelum Pilkada. Kalau terpilih saya berangkat umrah” ujar Mirwan kepada wartawan yang dikutip Sabtu, 6 Desember 2025.
Menurutnya, semua persiapan sudah dilakukan lama dan hanya bergeser karena jadwal bertabrakan dengan banjir pada akhir November 2025.
BACA JUGA:Bahlil Sindir Ulang Desain Politik di HUT Golkar, Wacana Pilkada Lewat DPRD Muncul Lagi
Mirwan menjelaskan dirinya sudah berkoordinasi dengan SKPK terkait kondisi wilayah sebelum berangkat. Ia menekankan bahwa tugas-tugas pemerintahan sudah dijalankan sejak ia menjabat pada Februari 2025, termasuk mengatasi defisit daerah dan melakukan efisiensi anggaran.
"Sejak dilantik bulan Februari 2025, saya selesaikan tugas kerja, faktor defisit dan efisiensi… Karena kondisi pemkab sudah terkoordinir dengan SKPK” kata Mirwan.
Ia menyebut keberangkatan dilakukan setelah bantuan dibagikan kepada warga terdampak. Mirwan bercerita bahwa ia telah mendaftar umroh sejak 20 November dengan rencana berangkat pada 29 November. Namun banjir yang menerjang pada 27 November membuat jadwal itu buyar dan keberangkatan diundur menjadi 2 Desember.
Setelah air mulai surut dan bantuan disalurkan, Mirwan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan yang sudah lama direncanakan. “Air sudah surut kemudian warga sebagian besar sudah balik ke rumah masing-masing… Jam 1 pagi tanggal 2 Desember saya langsung ke bandara berangkat umrah jam 13.00” ujarnya. Ia menilai kondisi daerah saat itu cukup kondusif untuk ia tinggalkan sementara.
BACA JUGA:Setelah Banjir Besar, Pemerintah Tutup Keran Operasi Sawit, Tambang, dan PLTA di Batang Toru Tapsel
Terkait tuduhan bahwa ia seolah menyerah menghadapi bencana, Mirwan mengatakan isu itu dipelintir. Menurutnya, keterbatasan anggaran membuat pemerintah daerah tidak mampu menangani seluruh titik banjir secara bersamaan. “Cuma saya dipolitisir terkait surat tidak mampu untuk handle terkait seluruh titik banjir… kondisi daerah lagi defisit hingga Rp184 M” katanya.
Mirwan juga menegaskan bahwa tidak ada korban jiwa dalam banjir Aceh Selatan, sehingga situasi masih bisa dikendalikan. Ia bahkan mengirim foto dan video saat menyalurkan bantuan kepada warga sebagai bukti bahwa ia tidak lari dari tanggung jawab. Mirwan menilai publik perlu melihat konteks secara utuh, bukan hanya narasi yang dipotong di media sosial.
Keputusan Mirwan tetap menuai pro dan kontra. Sebagian warga berpendapat pemimpin seharusnya berada di lokasi bencana sampai keadaan stabil sepenuhnya. Sementara pihak lain melihat ibadah ini sebagai keputusan pribadi yang sudah dijanjikan jauh hari. Perdebatan pun terus bergulir, seolah banjir di Aceh Selatan tidak hanya menyapu rumah, tetapi juga menggulung perdebatan politik dan moral yang tak kalah deras.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News