Mana Lebih Baik, Konsumsi Vitamin Alami atau Buatan Pabrik? Ini Penjelasan Dokter

Mana Lebih Baik, Konsumsi Vitamin Alami atau Buatan Pabrik? Ini Penjelasan Dokter

Banyak orang yang sedang diet ragu mengonsumsi vitamin, takut nafsu makan meningkat sehingga berat badan bertambah.-wirestock-Freepik

Dalam kasus seperti itu, suplemen vitamin sintetis menjadi solusi medis penting. Bentuk sintetis memungkinkan dosis lebih presisi dan konsisten.

Selain itu, lebih stabil dan tahan lama dibandingkan bentuk alami.

BACA JUGA:Cek Harga Emas Antam, Galeri24 dan UBS Terbaru Hari Ini, 19 Mei 2025

Waspadai Risiko Konsumsi Berlebihan

Meski bermanfaat, konsumsi vitamin sintetis tidak boleh sembarangan. Terutama untuk vitamin yang larut dalam lemak seperti A, D, E, dan K.

“Vitamin ini cenderung menumpuk di tubuh jika dikonsumsi berlebihan, sehingga bisa menyebabkan toksisitas, bahkan merusak hati atau sistem saraf,” jelas dr Agil.

Sebagai contoh:

Vitamin A: rekomendasi harian 700–900 mikrogram RAE. Melebihi 3.000 mikrogram bisa menyebabkan efek toksik.

Vitamin D: batas aman 100 mikrogram (4.000 IU) per hari, meski bisa lebih tinggi di bawah pengawasan medis.

Sebaliknya, vitamin yang larut air seperti vitamin C dan B kompleks umumnya lebih aman karena kelebihannya akan dibuang lewat urin.

Tapi bukan berarti bisa diminum sebanyak-banyaknya. Misalnya, vitamin C punya batas aman 2.000 mg per hari, meski kebutuhan hariannya hanya 75–90 mg.

Kata kuncinya adalah, sesuaikan dengan kondisi tubuh dan kebutuhan masing-masing.

BACA JUGA:Kualitasnya Dibandingkan dengan Messi, Lamine Yamal Beri Tanggapan Keren

Bila kebutuhan gizi bisa terpenuhi dari makanan, tentu saja vitamin alami adalah pilihan terbaik. Namun jika ada kekurangan atau kondisi medis khusus, suplemen sintetis bisa sangat membantu.

“Intinya, jangan asal minum suplemen. Pilih vitamin berdasarkan kebutuhan, pantau dosisnya, dan sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi,” pesan dr Agil.

Dengan memahami perbedaan, manfaat, dan risiko dari vitamin alami dan sintetis, kita bisa membuat keputusan yang lebih cerdas soal kesehatan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News