Kecanduan Dopamin Murahan, Gen Z Mulai Melawan Brain Rot dari Layar Ponsel Mereka Sendiri
Gen Z mulai sadar bahaya brain rot akibat kecanduan dopamin murahan dari media sosial dan kini melawan lewat detoks digital.-Foto: Freepik-
Teknologi justru dipakai untuk melawan teknologi. Alat detoks digital makin diminati. Ada Brick yang memblokir aplikasi pengganggu, ada Focus Friend yang mengubah fokus menjadi permainan kecil yang ramah. Sekilas terdengar bertentangan. Tapi penelitian menunjukkan bahwa mengatur waktu layar dan memilih konten digital yang dikonsumsi berkaitan dengan kesehatan kognitif yang lebih baik.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Behavioral Sciences menguatkan temuan itu. Dewasa muda yang melakukan detoks media sosial selama dua minggu melaporkan pikiran yang lebih jernih, tingkat stres yang menurun, dan produktivitas yang meningkat.
BACA JUGA:Pencegatan Berujung Maut, Peran Enam Polisi Terkuak di Kasus Mata Elang Kalibata
Eksperimen menjauh dari ponsel juga merambah ke ruang fisik. Di Washington, D.C., sebuah restoran tanpa ponsel bernama Hush Harbor mendadak jadi perbincangan. Saat pelanggan datang, perangkat mereka dimasukkan ke dalam tas terkunci sebelum memesan minuman.
“Dengan Gen Z, ponsel akan digunakan duluan,” kata Rock Harper, koki dan pemilik restoran itu. “Tidak ada hal seperti itu di sini, Anda makan dulu atau berbagi dengan teman meja Anda.”
Tanpa ponsel sebagai gangguan konstan, suasana meja berubah. Harper menyebut meja-meja tinggi di restorannya penuh dengan permainan Cards Against Humanity, Solitaire, bahkan Monopoli. Orang-orang kembali saling menatap, bukan menunduk ke layar.
Hush Harbor bukan satu-satunya. Ruang bebas teknologi bermunculan di berbagai belahan dunia. Offline Club menggelar acara tanpa gawai di Eropa. Sementara restoran Bistecca di Sydney meminta pengunjung mengunci ponsel agar mereka benar-benar hadir di meja makan.
BACA JUGA:Tanda-Tanda Sudah Muncul, Rocky Gerung Ingatkan Crossfire Elite dan Rakyat Awal 2026
Gerakan tanpa teknologi ini makin menguat, dan sains mulai mengejarnya. Penelitian menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan jauh dari layar punya dampak nyata pada kesehatan otak.
“Salah satu cara terbaik untuk menjaga kesehatan otak Anda adalah dengan bersosialisasi dengan orang lain,” kata Miller. “Memiliki tingkat keterlibatan sosial yang lebih tinggi, di luar keluarga dan orang-orang terdekat yang tinggal bersama Anda, sangatlah penting.”
Sebaliknya, kebiasaan multitasking yang jamak dilakukan banyak orang justru berisiko. Menggulir TikTok atau Instagram Reels sambil menonton televisi membuat otak bekerja ekstra keras. Setiap kali berpindah tugas, otak harus mengonfigurasi ulang dirinya. Margin kesalahan pun membesar.
Akibatnya, kemampuan berpikir kritis dan daya ingat bisa menurun, Miller mengingatkan.
Studi terbaru menunjukkan bahwa berbagai aktivitas mental seperti bermain gim dapat meningkatkan fungsi korteks prefrontal. Bagian otak ini berperan dalam berpikir, memecahkan masalah, dan menjaga konsentrasi. Aktivitas offline seperti membaca buku, mendengarkan musik, atau menulis jurnal juga dikaitkan dengan peningkatan fleksibilitas kognitif dan kemampuan berpikir komputasional.
BACA JUGA:Gerakan Rakyat Mulai Pamer Otot, Nama Anies Muncul dan Isyarat Partai Kian Terbuka
“Anda sebenarnya dapat meningkatkan keterampilan kognitif dengan mempelajari teknik-teknik baru yang melibatkan pelatihan otak untuk lebih memperhatikan,” kata Gary Small, profesor di Hackensack Meridian School of Medicine.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News