Sejarah RI 'Ditulis Ulang'? Pemerintah Janji Tak Ada 'Titipan' Politik di 11 Jilid Buku Baru Ini!
Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), E. Aminudin Aziz, dan Menteri Kebudayaan Fadli Zon pada pembukaan rangkaian kegiatan dalam rangka Peringatan 200 Tahun Perang Jawa yang diselenggarakan di Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas, Jl.-Perpusnas-Perpusnas
POSTINGNEWS.ID --- Pernah nggak sih kamu merasa kalau pelajaran sejarah di sekolah itu rasanya kaku banget? Atau jangan-jangan, sempat terlintas di pikiranmu kalau sejarah yang kita baca selama ini cuma "versi pemenang" alias penuh kepentingan politik?
Nah, isu sensitif ini yang coba dijawab telak oleh Kementerian Kebudayaan. Baru-baru ini, pemerintah resmi mengumumkan penyusunan ulang buku sejarah Indonesia. Tapi tenang dulu, Sobat! Jangan buru-buru skeptis. Kali ini, narasi yang dibangun diklaim beda banget dari gaya Orde Baru atau era-era sebelumnya yang sering dituduh "banyak titipan".
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, bersama timnya memastikan kalau "kitab suci" sejarah baru ini 100% murni hasil pemikiran akademis, tanpa bumbu penyedap dari politik praktis. Penasaran sevalid apa klaimnya? Yuk, kita bedah!
BACA JUGA:Puluhan Tahun Berlalu, Kasus HAM Berat Masih Gelap, KemenHAM Akui Belum Mampu Menutup Luka Sejarah
Bukan Sekadar "Proyek Pemerintah"
Isu paling hot kalau ngomongin penulisan sejarah nasional adalah soal independensi. Biasanya, siapa yang berkuasa, dia yang pegang pena. Tapi, Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan, menepis kekhawatiran itu jauh-jauh.
Dalam keterangannya hari Senin (15/12/2025), Restu menegaskan posisi pemerintah di sini cuma sebagai support system. Bayangkan pemerintah itu seperti penyedia stadion, bola, dan wasit, tapi yang main di lapangan sepenuhnya adalah para atlet—dalam hal ini, para sejarawan.
"Pemerintah tidak mengintervensi substansi. Kami hanya fasilitator," ujarnya. Jadi, kalau nanti isinya ada yang bikin kuping politisi panas karena terlalu jujur, itu murni karena fakta sejarah, bukan karena pesanan lawan politik. Fair play banget, kan?
BACA JUGA:113 Sejarawan Terlibat dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Menbud Fadli Zon Beri Dukungan
Kolaborasi "Avengers" Sejarah Indonesia
Biar nggak dibilang bias atau cuma memandang Indonesia dari kacamata satu daerah saja (misalnya Jawa-sentris), tim penyusun buku ini nggak main-main. Bisa dibilang, ini adalah Avengers-nya dunia sejarah Tanah Air.
Ratusan sejarawan dilibatkan dalam proyek raksasa ini. Mereka nggak cuma datang dari satu kampus, tapi merepresentasikan berbagai institusi top seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), sampai Universitas Hasanuddin (Unhas). Keberagaman latar belakang editor dan penulis ini adalah kunci emas untuk mencegah dominasi satu perspektif saja.
Tanggung jawab soal mau dibawa ke mana arah tulisannya, siapa penulisnya, sampai pengawasan isinya, sepenuhnya ada di tangan editor bidang dan editor umum. Pemerintah? Cuma nunggu hasil jadi sambil bayarin administrasinya. Skema ini sengaja dibuat demi menjaga objektivitas dan metodologi historiografi yang ketat.
11 Jilid, Hampir 8.000 Halaman: Sanggup Baca?
Karya monumental ini diberi judul "Sejarah Indonesia: Dinamika Kebangsaan dalam Arus Global". Isinya nggak kaleng-kaleng, Guys. Totalnya ada 7.958 halaman yang dibagi ke dalam 11 jilid buku!
Isinya merentang jauh dari akar peradaban ribuan tahun lalu sampai era kontemporer saat ini. Fokus utamanya adalah menempatkan Indonesia sebagai subjek utama (lakon), bukan sekadar objek penderita dari penjajahan atau pengaruh asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News