Kecanduan Dopamin Murahan, Gen Z Mulai Melawan Brain Rot dari Layar Ponsel Mereka Sendiri

Kecanduan Dopamin Murahan, Gen Z Mulai Melawan Brain Rot dari Layar Ponsel Mereka Sendiri

Gen Z mulai sadar bahaya brain rot akibat kecanduan dopamin murahan dari media sosial dan kini melawan lewat detoks digital.-Foto: Freepik-

Siapa pun bisa mengalaminya selama punya akses internet. Namun Gen Z dinilai paling rentan karena sejak kecil hidup dengan teknologi yang nyaris tanpa batas. Studi Pew Research menunjukkan kelompok usia 18 hingga 29 tahun jauh lebih bergantung pada ponsel pintar dibanding kelompok usia lain. Kerusakan otak pun mulai dikaitkan dengan penurunan kognitif pada generasi muda.

BACA JUGA:Setelah Banjir Bandang, Kayu-Kayu Hanyut Bisa Jadi Harapan Baru untuk Bangun Rumah Warga

Sejumlah penelitian memperkuat kekhawatiran itu. Penggunaan AI dan media sosial secara berlebihan disebut dapat menurunkan daya ingat dan retensi, melemahkan fungsi otak, hingga memicu hilangnya memori. Tinjauan terbaru terhadap 71 studi oleh American Psychological Association menemukan bahwa konsumsi video berdurasi pendek secara berlebihan berkaitan langsung dengan penurunan fungsi kognitif.

“Kita tahu bahwa penggunaan teknologi yang sering dapat mengubah otak dan dapat mengganggu fungsi kognitif,” kata Amanda Elton, asisten profesor psikiatri di McKnight Brain Institute, University of Florida.

“Tetapi apa artinya mengalami penurunan kognitif selama periode waktu ketika otak Anda sebenarnya masih berkembang dan matang?”

Istilah penurunan kognitif biasanya dilekatkan pada populasi lanjut usia. Padahal otak Gen Z masih berada dalam fase pertumbuhan. Karena itu, Elton menilai frasa penuaan otak yang dipercepat lebih tepat untuk menggambarkan gejala yang muncul.

BACA JUGA:Penyidik Buka Amplop Cokelat, Kubu Roy Suryo Bilang Dugaan Ijazah Jokowi Kian Terbukti Palsu

Dalam sains, usia kronologis tak selalu sejalan dengan usia biologis otak. Organ tubuh menua dengan kecepatan berbeda, dipengaruhi genetik, lingkungan, hingga gaya hidup. Otak yang secara biologis lebih tua cenderung membawa risiko kesehatan yang lebih buruk di masa depan.

Apa pun istilah yang dipakai, satu hal terlihat jelas. Gen Z tidak tinggal diam. Dari video sederhana di TikTok hingga kebiasaan kecil seperti berjalan kaki tanpa ponsel, mereka mulai melawan arus yang selama ini membentuk mereka. Brain rot mungkin lahir dari dunia digital, tapi perlawanan terhadapnya justru tumbuh dari kesadaran generasi yang paling akrab dengan layar.

Saat Gen Z Mulai Capek Scroll Tanpa Henti

Di media sosial, terutama TikTok, perlawanan itu tampak nyata. Platform yang sering dituding sebagai biang kerok justru dipakai sebagai ruang berbagi solusi. Video perawatan otak bermunculan. Ada yang berisi tips menjaga kesehatan kognitif, ada pula tutorial anti brain rot yang ditonton ribuan kali.

Salah satu kreator yang ramai dibicarakan adalah Elizabeth Jean. Ia menyusun sesuatu yang terdengar sederhana, tapi terasa ambisius di zaman serba instan. Jean merancang kurikulum bulanan untuk dirinya sendiri. Isinya seperti silabus kuliah. Daftar buku yang ingin dibaca, kelas yang ingin diikuti, hingga resep yang ingin disempurnakan satu per satu. Jean memang milenial, tetapi apa yang ia lakukan justru nyantol di hati Gen Z yang sedang mencari pegangan agar tidak larut dalam kebiasaan scroll tanpa henti.

BACA JUGA:Kasus Ijazah Jokowi Menyeret Banyak Nama, Mahfud MD Bilang Ini Bisa Jadi Pelanggaran HAM

Tagar kurikulum ikut meroket. Lebih dari 90 ribu video diunggah oleh pengguna yang mengikuti panduan bulanan ala Jean. Ada yang serius, ada yang santai, tapi benang merahnya sama. Mereka ingin hidup lebih terarah, walau sedikit.

Tren lain muncul dengan cara yang lebih ekstrem tapi simbolik. Ponsel diminta ditutup begitu sampai di rumah. Bukan karena baterai habis, melainkan sebagai bentuk penghormatan pada masa ketika telepon rumah masih jadi pusat komunikasi. Ada pula tren menu dopamin. Aktivitas offline seperti berjalan kaki, meditasi, atau sekadar duduk diam dipilih sebagai pengganti ledakan dopamin dari layar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share