Banjir Sumatera Disebut Anomali, DPR: Hujan Sebulan Tumpah dalam Sehari
DPR menyebut banjir Sumatera sebagai anomali. BMKG jelaskan curah hujan sebulan turun dalam sehari hingga menyebabkan korban dan kerusakan besar.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id – Ketua Komisi V DPR RI Lasarus menyebut banjir bandang dan longsor dahsyat di Sumatera bukan kejadian biasa. Ia bahkan menyamakan bencana ini dengan anomali karena korban yang jatuh begitu besar, ratusan meninggal dan ratusan lainnya belum ditemukan sampai sekarang. Dalam rapat Komisi V DPR, hari ini, ia meminta BMKG memberi penjelasan lebih gamblang mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
"BMKG nanti juga turun disampaikan Pak ya. Ini fenomena apa ini? Sering Pak kita mengalami banjir dan tanah longsor, tapi menurut saya kejadian kali ini di Aceh, kemudian di Sumut, dan di Sumatera Barat ini menurut saya anomali Pak," kata Lasarus di ruang rapat Senin siang.
Menurutnya, istilah anomali pantas dipakai karena skala kerusakan dan jumlah korban mencapai level luar biasa. "Anomali masuk kategori kejadian yang luar biasa, dengan korban 700 hampir 800 orang yang meninggal plus yang masih hilang sampai hari ini," ujarnya lagi dalam forum yang sama.
Lasarus menyebut penyebab utama datang dari fenomena siklon tropis yang membuat hujan turun bukan main-main derasnya. Volume hujan yang seharusnya turun sebulan penuh justru jatuh hanya dalam satu hari. Hasilnya, sungai tidak sempat bernapas, wilayah pun tenggelam.
BACA JUGA:Benarkah Kelapa Sawit Perusak Hutan? Begini Fakta Lengkapnya
"Saya yakin Pak, masyarakat pasti tidak monitor ini bahwa ada siklon tropis yang terperangkap di atas Sumatera ini, sehingga hujan tumpah di situ semua. Tadi Kepala BMKG sempat menyampaikan kepada saya, itu hujan untuk satu tahun Pak ya?" tanya Lasarus. Kepala BMKG menjawab singkat "Satu bulan." Lasarus langsung menekankan ulang pernyataan itu. "Hujan untuk satu bulan hanya tumpah dalam satu hari. Jadi volume hujan satu bulan tumpah dalam satu hari."
Ia berharap kejadian seperti ini bisa diprediksi lebih cepat sehingga publik sempat bersiap. "Nah ini kan juga fenomena yang harusnya, apakah teknologi kita, peralatan kita sudah bisa mendeteksi ini, sehingga masyarakat ada kewaspadaan," ujarnya.
Dalam rapat tersebut Lasarus sekaligus meminta Basarnas terus mencari warga yang masih hilang, bagaimanapun kondisinya nanti. Komisi V juga mengapresiasi upaya penyelamatan yang sudah berjalan sejak awal bencana.
"Paling tidak bisa ditemukanlah keberadaannya, seperti apapun kondisinya terakhir," ucapnya.
Hingga 30 November 2025, BNPB melaporkan 442 warga meninggal dan 402 lainnya masih hilang akibat banjir bandang dan longsor yang menerjang Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News