Gibran Bicara Tantangan Pemerintahan, Lupa Bahwa Rakyat Sudah Lebih Dulu Menantang Realita
Gibran mengakui banyak tantangan pemerintahan, tapi di lapangan rakyat lebih dulu menghadapi realita keras ekonomi dan sosial yang tak tersentuh narasi optimis.-Foto: IG @setwapres.ri-
JAKARTA, PostingNews.id — Wakil Presiden Gibran Rakabuming lagi-lagi bicara tentang tantangan besar pemerintahan di tahun pertamanya. Dalam pertemuan dengan mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Airlangga di Istana Wapres, Jakarta, Gibran menyebut bahwa pemerintah menghadapi situasi sulit di tengah tekanan global.
“Satu tahun pertama ini memang tantangannya banyak sekali, dan banyak faktor-faktor eksternal juga, resesi global, perang dagang, perang tarif, perubahan iklim. Ini hal-hal yang harus kita aware semua,” ucapnya, dengan nada meyakinkan seperti biasa.
Namun, di tengah daftar panjang alasan global itu, Gibran tetap mengklaim ekonomi Indonesia masih dalam kondisi baik. Ia menyebut angka pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen dan inflasi tetap terjaga. “Tapi, ya, dalam satu tahun ini pertumbuhan ekonomi cukup oke, di angka 5 persen, inflasi tetap terjaga. Angka-angkanya kita perbaiki semua,” kata dia.
Gibran menegaskan bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendirian dan meminta masyarakat, termasuk kalangan kampus, ikut mengawal jalannya kebijakan negara.
BACA JUGA:Tak Mau Soeharto Sendiri, Bahlil Usul Semua eks Presiden Dapat Gelar Pahlawan Nasional
“Kita harus kerja bareng. Pemerintah, enggak bisa kerja sendiri. Harus dipantau, dikawal oleh dosen, mahasiswa, semuanya. Harus bergandengan tangan,” ujar Gibran, seolah ingin menepis kesan bahwa kebijakan berjalan tanpa kritik.
Dalam dialog yang lebih terasa seperti sesi motivasi itu, Gibran mengakui masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan program-program pemerintah. Ia meminta para mahasiswa Unair untuk aktif memberi masukan. “Masih banyak kekurangannya. Nah, ini nanti tugas teman-teman Unair untuk memberikan masukan,” tuturnya.
Wakil presiden termuda itu kemudian mempromosikan sejumlah program unggulan yang disebut sebagai prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Ia menyebut Sekolah Rakyat, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan sumber daya manusia di Papua sebagai contoh nyata upaya pemerataan kesejahteraan.
“Namanya pembangunan itu enggak bisa satu tahun, dua tahun selesai. Enggak bisa. Satu periode, dua periode presiden selesai. Enggak bisa. Harus berkelanjutan,” tegasnya.
BACA JUGA:Airlangga: QRIS Sudah 56 Juta Pengguna, Makanya Ditakuti Dunia
Meski demikian, di balik retorika optimistisnya, Gibran tidak menjelaskan bagaimana pemerataan dan keberlanjutan itu dijamin di tengah persoalan struktural seperti ketimpangan dan lemahnya serapan anggaran publik. Ia hanya menambahkan bahwa pemerintahan saat ini tengah memperkuat fondasi pembangunan manusia Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045.
“Apalagi, kan, kita sebentar lagi dapat bonus demografi. Kesempatan kita untuk meningkatkan produktivitas nasional. Dan ini yang paling penting. Ini kesempatannya cuma sekali ya. Enggak bisa terulang lagi, makanya kita harus kerja bareng. Itu udah sesuai komitmen kami, sesuai komitmen Bapak Presiden,” tutup Gibran.
Sementara pemerintah berbicara tentang peluang emas dan kerja bersama, kenyataannya masih banyak warga di daerah yang belum menikmati akses pendidikan dan gizi yang layak. Bonus demografi mungkin tinggal hitungan tahun, tapi kesiapan menghadapi kenyataan sosial masih tampak jauh dari kata matang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News