Jauh dari Ukraina, Mie Favorit Indonesia Kehabisan Stok

Jauh dari Ukraina, Mie Favorit Indonesia Kehabisan Stok

Mie Indomie Indomie adalah salah satu jajanan Indonesia yang paling digandrungi -Courtesy of Aisyah Llewellyn-

”Saat ini kami tidak tahu apa dampaknya terhadap harga gandum atau produksi terkait,” kata Rosenzweig.

Tapi Lestary J Barany, asisten peneliti di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), mengatakan sudah ada bukti bahwa pasokan gandum negara itu di bawah tekanan.

”Ketika Rusia menginvasi Ukraina, aktivitas di pelabuhan Ukraina berhenti,” kata Barany.

”Banyak lumbung terletak di timur, dekat dengan daerah yang diduduki pasukan Rusia. Dengan demikian, ancaman dari sisi pasokan bahan-bahan ini menjadi lebih nyata,” jelasnya.

Harga gandum global mencapai level tertinggi 14 tahun awal bulan ini dan tetap tidak stabil, kata Barany, sambil mencatat bahwa konsumsi tepung di Indonesia juga tumbuh sekitar 5 persen pada tahun 2021, menurut Asosiasi Produsen Tepung Indonesia.

”Gandum impor dari Ukraina banyak digunakan oleh produsen mie, roti, dan tepung,” katanya.

+++++

Sumber makanan

Dicky Senda, penulis dan penggiat pangan yang berbasis di Mollo, Nusa Tenggara Timur, mengatakan setiap gangguan harus dijadikan sebagai kesempatan untuk refleksi diri tentang sumber pangan Indonesia.

”Produk lokal seperti jagung dianggap sebagai makanan kelas dua sedangkan beras, yang sebagian besar diimpor, dianggap sebagai makanan kelas satu di Indonesia,” kata Senda. 

”Di Mollo, kami mencoba memulai gerakan seputar potensi produk lokal, dengan pesan bahwa orang harus mencoba makan lebih banyak secara lokal,” terangnya.

Senda mengatakan harga bahan pangan lokal tidak memberikan banyak insentif bagi petani untuk menanam alternatif bahan pokok impor Indonesia seperti jagung dan singkong.

”Saat ini harga jagung lokal adalah Rp 3.000 ($0,21) per kilo sedangkan beras adalah Rp 12.000 ($0,84) per kilo, jadi seorang petani jagung perlu menjual empat kilo jagung untuk mendapatkan jumlah yang sama dengan satu kilo beras,” tuturnya.

Faktanya impor bisa dipengaruhi oleh peristiwa seperti perang harus menjadi peringatan bagi Indonesia untuk tidak bergantung pada makanan dari luar negeri.

”Perang mungkin masih jauh tetapi masih dapat mempengaruhi apa yang ada di piring kita,” katanya.

Temukan konten Postingnews.Id menarik lainnya di Google News

Sumber: