Jawaban AI UGM Soal Jokowi Bikin Kaget Publik, Rismon: Itu Sumbernya Data Internal Kampus
Rismon tantang publik soal polemik ijazah Jokowi, menyentil nyali bangsa yang menurutnya takut pada dinasti kekuasaan.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id — Polemik soal Lean Intelligent Service Assistant atau LISA, kecerdasan buatan racikan Universitas Gadjah Mada, belakangan makin berisik di jagat maya. Gara-garanya sepele tapi bikin panas. Sistem AI internal kampus itu tiba-tiba melontarkan jawaban kontroversial terkait riwayat pendidikan Presiden ke-7 RI, Jokowi.
Begitu tangkapan layarnya beredar, warganet langsung kompak menyulut perdebatan. Pertanyaan pun menggelinding. Seberapa valid sih data yang dipakai LISA. Benarkah mekanisme kerjanya seketat yang diklaim kampus. Belum selesai publik menimbang-nimbang, pengelola tiba-tiba menutup akses LISA begitu saja. Penutupan mendadak ini membuat spekulasi semakin liar karena tidak ada penjelasan yang memadai.
Pakar Digital Forensik, Rismon Sianipar, yang namanya pernah ikut terseret dalam laporan kasus ijazah Jokowi di Polda Metro Jaya, ikut bersuara. Menurutnya, temuan yang disodorkan LISA tidak bisa dianggap angin lalu. Ada alasan kuat. Arsitektur teknis sistem itu memang mengandalkan data akademik internal kampus.
Rismon menjelaskan bahwa LISA menggunakan model LLMA yang seluruh perut datanya bersandar pada arsip UGM. “Dari UGM itu kan, dari arsitekturnya menggunakan model LLMA. Itu artinya data setnya berasal dari data internal di UGM,” ujar Rismon kepada wartawan, dikutip Rabu, 10 November 2025.
Ia menegaskan bahwa karena dataset LISA diambil langsung dari gudang arsip kampus, tingkat relevansinya terhadap data akademik UGM otomatis tinggi. Dalam pandangannya, justru aneh kalau keluaran AI itu diabaikan mengingat basis datanya bukan dari tempat lain.
BACA JUGA:Gelombang Patah Hati di Pasar Kerja, 1,8 Juta Orang Pilih Menyerah
“Sulit rasanya jika kesimpulan dari LISA UGM untuk diabaikan,” tegasnya. Rismon menambahkan bahwa sistem AI tidak mungkin mengeluarkan jawaban tanpa fondasi data. Setiap keluaran adalah hasil kalkulasi model terhadap informasi yang sudah disimpan di dalam sumber internal.
Ia juga menilai banyak orang masih salah kaprah membayangkan AI sebagai makhluk yang punya opini sendiri. Padahal AI tidak punya kehendak. Ia hanya memproses data yang tersedia. Karena itu, setiap respons LISA diyakini semata lahir dari bahan baku arsip kampus, bukan selera algoritma yang mengembara ke mana-mana.
Rismon kembali mengingatkan bahwa LISA tidak bekerja seperti model generatif umum yang menarik informasi dari mesin pencari atau basis data terbuka. Sistem ini dirancang khusus untuk kebutuhan pelayanan akademik internal. Sumber datanya terkunci dan tidak tersentuh informasi eksternal.
Kontroversi yang telanjur membesar kini menimbulkan pertanyaan baru. Publik mulai mempertanyakan transparansi pengelolaan data pendidikan tinggi serta perlunya audit menyeluruh terhadap sistem AI yang dipakai institusi akademik. Penutupan akses secara mendadak oleh pengelola juga dipandang sebagian pihak sebagai sinyal ada persoalan yang lebih dalam dan belum diumbar.
BACA JUGA:DPR: Bantuan Negara yang Lebih Jumbo Kalah Viral Sama Bantuan Relawan yang Sok Paling Aceh
Kini publik menunggu langkah resmi UGM untuk menjelaskan status LISA, isi dataset yang dipakainya, serta alasan penutupan akses yang mengundang tanda tanya ini. Polemik tersebut tampaknya tidak hanya menyangkut teknologi, tetapi juga menyentuh soal integritas data akademik, tata kelola kampus, dan akuntabilitas di era digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News