Hulu Gundul, Hilir Tenggelam, KLH Siap Seret Perusahaan yang Jadi Biang Kerok Banjir Sumatera
KLH mulai memanggil perusahaan yang diduga memperparah banjir Sumatera. Citra satelit ungkap hulu gundul dan lahan kering ribuan hektare.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id — Di tengah sorotan publik soal banjir dan longsor yang memporak-porandakan Sumatera, Kementerian Lingkungan Hidup mulai bergerak lebih agresif. Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol memastikan pihaknya akan memanggil perusahaan-perusahaan yang diduga ikut memperparah bencana tersebut.
Agenda panggilan dijadwalkan bergulir Senin pekan depan, sebuah langkah awal untuk mengurai siapa saja yang turut bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang makin terang terlihat.
Hanif mengungkapkan bahwa pemanggilan ini dilakukan setelah kementeriannya menelaah citra satelit. Dari pembacaan sementara itu, sejumlah entitas usaha terlihat memainkan peran tidak kecil dalam memperburuk kondisi banjir.
“Minggu depan sudah mulai memanggil entitas-entitas yang kami indikasikan, berdasarkan kajian sementara dari citra satelit, berkontribusi memperparah bencana banjir ini,” ujar Hanif di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu 3 Desember 2025.
BACA JUGA:Dituding Zionis karena Bertemu Netanyahu, Gus Yahya: Saya Datang Demi Palestina, Titik
Kementerian ingin mendengar langsung penjelasan dari para perusahaan tersebut, terutama soal aktivitas usaha mereka yang terekam di wilayah-wilayah kritis. Meski begitu, Hanif belum bersedia menyebutkan siapa saja pemain yang akan dipanggil.
Ia hanya memberi gambaran bahwa hingga kini ada tujuh perusahaan yang sudah terdata, sementara satu lagi masih ditelusuri karena dinilai belum aktif. Semua perusahaan tersebut berada di kawasan Batang Toru.
“Ini akan terus berkembang. Saat ini baru terdata 7 dari 8 perusahaan. 8-nya sebenarnya belum aktif, tapi kami akan dalami lagi. Jadi ini yang di Batang Taro ya. Tetapi tentu kita harus adil. Itu support-support dari unit usaha, tapi yang paling besar itu dilakukan banyak pihak, itu harus kita juga dalami,” jelasnya.
Saat ditanya apakah pemanggilan ini terkait dugaan pembalakan liar, Hanif menepis anggapan itu. Menurutnya, kementerian tidak sedang mengurusi apakah kegiatan tersebut masuk kategori pembalakan liar atau tidak. Fokusnya hanya satu, apakah kegiatannya ikut menyebabkan kerusakan lingkungan.
BACA JUGA:Angka Korban Banjir Sumatra Melonjak Tajam, 753 Jiwa Meninggal dan 3,3 Juta Jadi Penyintas
“Dugaan memperparah bencana ini. Jadi terkait liar dan tidak liar, kami tidak melihat itu. Silakan izinnya ada, tetapi kalau menimbulkan kerusakan lingkungan, itu urusan Menteri Lingkungan Hidup,” ujar Hanif.
Dalam penjelasan lebih jauh, Hanif membeberkan kondisi hulu di beberapa titik bencana yang kini tidak lagi memiliki fungsi lindung. Lahan yang seharusnya ditumbuhi pepohonan justru berubah menjadi pertanian lahan kering. Akibatnya, daya serap air hilang dan aliran permukaan meningkat tajam ketika hujan datang.
Menurut Hanif, kerusakan ini sudah bisa ditebak ujungnya. Dengan hulu yang telanjang, tidak butuh hujan ekstrim untuk mendatangkan bencana.
“Ini benar-benar luasnya sangat luas sekali. Dari 340 ribu hektar, mungkin 50-an ribu di hulunya, itu dalam bentuk lahan kering. Tidak ada pohon di atasnya, sehingga begitu hujan sedikit, ya sudah kita bayangkan,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News