Riset Baru Buka Kedok Kalkulator Karbon, Emisi Penerbangan Bisa 5 Kali Lebih Tinggi

Riset Baru Buka Kedok Kalkulator Karbon, Emisi Penerbangan Bisa 5 Kali Lebih Tinggi

Penelitian University of Surrey ungkap kalkulator karbon konvensional menyepelekan emisi penerbangan hingga lima kali lipat lebih rendah dari kenyataan.-Foto: IG @citilink-

JAKARTA, PostingNews.id — Para pelancong yang selama ini merasa lega setelah menghitung jejak karbon penerbangan mereka tampaknya harus bersiap menerima kabar kurang menyenangkan. Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa kalkulator karbon yang biasa digunakan publik selama ini ternyata menyepelekan dampak lingkungan penerbangan secara signifikan.

Penelitian yang dilakukan tim dari University of Surrey, Inggris, mengungkap bahwa emisi karbon yang sesungguhnya dapat mencapai dua hingga lima kali lipat lebih tinggi dibandingkan hasil perhitungan dari kalkulator konvensional. “Dampak jauh lebih tinggi,” ujar Eduard Goean dari University of Surrey dan Therme Group, dikutip dari National Geographic, Minggu, 9 November 2025.

Tim peneliti yang dipimpin Jhuma Sadhukhan membandingkan empat kalkulator besar yang sudah mapan—milik International Civil Aviation Organization (ICAO), International Air Transport Association (IATA), Google Travel Impact Model (TIM), dan MyClimate—dengan kalkulator baru yang mereka kembangkan sendiri. Hasilnya, perbedaan angka emisi antarperhitungan begitu besar hingga menimbulkan pertanyaan mendasar, seberapa besar sebenarnya “dosa karbon” kita setiap kali naik pesawat?

Dalam studi kasus penerbangan kelas satu dari Singapura ke Zurich menggunakan pesawat Boeing 777, kalkulator ICAO dan IATA memperkirakan emisi sekitar 3.000 kilogram CO2 setara. Google TIM mencatat sekitar 5.000 kg, dan MyClimate lebih tinggi lagi, sekitar 8.000 kg. Namun ketika rute yang sama dimasukkan ke dalam kalkulator baru buatan tim Sadhukhan, angka itu melonjak menjadi lebih dari 14.000 kg. “Angka-angka ini mengejutkan,” kata Jhuma Sadhukhan.

BACA JUGA:Gen Z di Persimpangan Moral: Pintar, Melek Digital, tapi Tergoda Judol

Kalkulator baru yang mereka beri nama Air Travel Passenger Dynamic Emissions Calculator (ATP-DEC) disebut lebih akurat karena menghitung dua hal penting yang selama ini diabaikan.

Pertama, kalkulator ini tidak menggunakan rute ideal yang diasumsikan banyak sistem konvensional. Sebaliknya, ATP-DEC mengandalkan data penerbangan historis yang realistis, termasuk durasi taxiing sebelum lepas landas dan setelah mendarat, rute menghindari konflik seperti perang Rusia-Ukraina, serta tingkat keterisian pesawat. Goean menjelaskan bahwa sifat dinamis kalkulator ini memungkinkan data diperbarui sesuai kondisi terbaru di lapangan.

Kedua, kalkulator baru ini tidak hanya menghitung CO2, tetapi juga memperhitungkan polutan iklim lain seperti nitrogen oksida, uap air, dan pembentukan contrails—jejak kondensasi di langit yang dapat memantulkan panas kembali ke atmosfer. “Faktor-faktor tersebut tidak bervariasi dengan pesawat, atau kondisi bahan bakar, atau kondisi eksternal,” kata Sadhukhan. “Punya kami lebih komprehensif.”

Selama ini, sebagian besar kalkulator penerbangan mengabaikan efek tersebut dengan alasan belum adanya kesepakatan ilmiah global tentang pengali dampak iklim non-CO2. “Kalkulator tersebut tidak menghitung dampak perubahan iklim dari emisi pesawat menggunakan Radiative Forcing Index… atau pengganda sejenis lainnya, karena konsensus ilmiah belum tercapai,” ujar juru bicara ICAO dalam tanggapannya.

BACA JUGA:Membaca Kompas Etika Kaum Ateis

Namun, lembaga dan perusahaan lain tampak lebih terbuka terhadap hasil riset ini. Dan Rutherford dari International Council on Clean Transportation, yang menjadi penasihat Google, mengatakan bahwa timnya “terus meningkatkan model, termasuk penggabungan polutan iklim berumur pendek seperti contrails, guna memaksimalkan kegunaannya.” Sementara itu, Kai Landwehr dari MyClimate menyambut riset ini sebagai “tambahan berharga” dan berencana memperbarui model kalkulator mereka dalam waktu dekat.

Tim University of Surrey menegaskan bahwa mereka akan merilis versi publik dari kalkulator ATP-DEC pada awal tahun depan. “Integrasi dengan perusahaan penerbangan bisa dimulai besok,” kata Goean, meski ia mengakui proses pengumpulan data tambahan mungkin memakan waktu beberapa minggu atau bulan.

Temuan ini menjadi pengingat keras bagi para penumpang dan industri penerbangan: kalkulator karbon yang selama ini memberi rasa tenang, ternyata baru menceritakan separuh dari kisah sebenarnya. Jika angka emisi penerbangan ternyata berlipat ganda dari yang kita kira, maka tanggung jawab lingkungan setiap perjalanan udara juga menjadi jauh lebih berat dari yang pernah kita bayangkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News