Dari WhatsApp sampai Belanja Online, Partai Ummat Sebut Semua Data Warga RI Bisa Diintip Cina
 
                                    Partai Ummat lewat Ridho Rahmadi menyoroti dominasi Cina di infrastruktur digital Indonesia dan memperingatkan ancaman kebocoran data warga.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id – Politikus Ridho Rahmadi menyalakan alarm bahaya yang jarang disentuh banyak orang. Ia bicara tentang kedaulatan digital Indonesia yang menurutnya kini sedang berada di bawah bayang-bayang Cina.
Dalam perbincangannya bersama Refly Harun, Ridho tak ragu menyebut bahwa dominasi perusahaan asal Cina di sektor infrastruktur digital nasional membuat seluruh aktivitas masyarakat Indonesia bisa diintip dari luar.
“Sekarang ini, Bang, data itu dikatakan the new oil, the new black gold. Yang menguasai data, menguasai masa depan,” ujar Ridho dalam Podcast Refly Harun yang tayang pada Jumat, 31 Oktober 2025.
Ia menjelaskan bahwa di dunia digital saat ini, manusia tidak lagi hadir sebagai tubuh, melainkan sebagai kumpulan data. Dari percakapan di WhatsApp, transaksi belanja daring, hingga pilihan politik, semuanya direkam dan tersimpan di sistem yang bisa diakses oleh pihak yang menguasai infrastrukturnya. “Yang punya infrastruktur digital itu siapa? Sayangnya, Bang, infrastruktur digital kita dikuasai Cina,” tegasnya.
BACA JUGA:Geger Skandal Whoosh, Pengamat Sebut Jokowi dan Luhut Harus Siap Dipanggil KPK
Ridho menyebut bahwa sejak 2022, Cina telah menguasai lebih dari 41 proyek digitalisasi di Indonesia. Proyek-proyek itu mencakup pembangunan kabel internet bawah laut, jaringan fiber optik, dan pusat data nasional.
Ia mencontohkan proyek kabel laut Palapa Ring sepanjang 35.000 kilometer, di mana 1.600 kilometernya dibangun oleh perusahaan asal Cina di wilayah timur Indonesia. “Mereka ngambil simpul paling penting, salah satunya yang menghubungkan Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara,” ujarnya.
Selain itu, Ridho juga menyoroti proyek Fiberstar sepanjang 3.000 kilometer yang membentang dari Jakarta ke Surabaya dan menghubungkan 95 kota besar. Ia menilai jaringan sebesar ini pada akhirnya membuat data aktivitas digital seluruh masyarakat Indonesia terbuka lebar bagi pihak asing.
“Ibarat manusia, kita ini udah telanjang di depan Cina,” katanya, menggambarkan kondisi yang menurutnya sangat mengkhawatirkan.
BACA JUGA:Gus Ipul Minta PPATK Awasi Bansos, Takut Uang Nasi Jadi Uang Judi Slot
Ridho menilai gangguan sistem Pusat Data Nasional (PDN) yang terjadi baru-baru ini hanyalah gejala kecil dari persoalan besar bernama kedaulatan digital. Ia bahkan menyebut jika Cina sewaktu-waktu ingin mematikan sistem digital Indonesia, akibatnya akan sangat fatal. “PDN tumbang itu hanya skala kecil dibanding kalau Cina matikan internet hari ini. Selesai kita,” ujarnya.
Ia menggambarkan skenario terburuk yang bisa saja terjadi. “Bayangkan, Bang, kalau mereka matikan banking, payment, aplikasi belanja online, bahkan internet sekaligus. Tinggal tersampaikan ini semua, Whatsapp mati, belanja online mati, dan itu Cina,” lanjutnya.
Di tengah euforia transformasi digital dan semangat 5G, Ridho mengingatkan bahwa kedaulatan data bukan sekadar urusan teknologi, tetapi soal siapa yang benar-benar memegang kendali atas masa depan bangsa. Karena dalam dunia yang serba terhubung, ternyata yang paling berkuasa bukan yang punya sinyal paling kuat, tapi yang bisa memutusnya kapan saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
 
                         
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                 
                                 
                                 
                                 
                                 
                                     
                                     
                                     
                                    