Data Salah Besar! Menkeu Purbaya Bongkar Fakta Sebenarnya di Balik 110 Ribu Calon Pembeli Rumah yang Gagal Dapat KPR Tapera

Purbaya Yudhi Sadewa 1200-@pyudhisadewa-Instagram
POSTINGNEWS.ID --- Drama di sektor perumahan rakyat akhirnya mulai terurai.
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengungkap hasil pertemuannya dengan pihak Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) yang berlangsung di Jakarta, Selasa, 21 Oktober 2025.
Topik utama pertemuan ini adalah polemik yang sempat ramai: ribuan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) disebut gagal beli rumah gara-gara terkendala Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Namun setelah ditelusuri lebih dalam, ternyata data tersebut tidak sesuai kenyataan.
BACA JUGA:BP Tapera Buka Lowongan 2025: 19 Formasi Siap Diburu, Cek Cara Daftar dan Jadwal Seleksi
Dari 110 Ribu Jadi 100 Orang Saja?
Dalam laporan awal yang diterima Purbaya, disebutkan bahwa sekitar 110 ribu calon pembeli rumah gagal mengajukan KPR karena catatan kredit mereka bermasalah di sistem SLIK OJK.
Namun setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh oleh tim Kementerian Keuangan bersama BP Tapera, hasilnya jauh berbeda.
“Ternyata setelah diperiksa, nggak sebanyak itu. Nggak ada 110.000. Bahkan yang agak clear dari BTN hanya mungkin 3.000, dan itu pun bukan di bawah Rp1 juta. Yang di bawah Rp1 juta lebih sedikit lagi,” jelas Purbaya dalam keterangan resminya.
Lebih lanjut, ia mengungkap bahwa setelah proses verifikasi mendalam, hanya sekitar 100 orang calon pembeli rumah yang benar-benar masih bermasalah di sistem SLIK OJK — namun masih berpotensi lolos untuk mendapatkan KPR subsidi melalui skema FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan).
“Dari 110 ribu itu, paling hanya sekitar 100 orang yang bisa masuk. Jadi, penghapusan nama dari SLIK tidak akan memecahkan masalah utama di sektor perumahan rakyat,” tambahnya.
BACA JUGA:Tapera Masih Berlanjut! Menkeu, Menaker dan Menteri PKP Kumpul Bahas Target 3 Juta Rumah
SLIK Bukan Satu-Satunya Biang Kerok
Purbaya menegaskan, selama ini banyak pihak terlalu cepat menyimpulkan bahwa SLIK OJK menjadi penyebab rendahnya penyerapan rumah subsidi oleh MBR.
Padahal, hasil pemeriksaan justru menunjukkan ada faktor lain yang lebih berpengaruh.
“Ada salah perhitungan di awal. Mereka pikir masalahnya cuma SLIK. Tapi rupanya ada hal lain yang memengaruhi, terutama kemampuan finansial masyarakat yang penghasilannya di bawah Rp1 juta,” kata Purbaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News