Prabowo Bela Polisi di Tengah Demo Berdarah: Kadang Mereka Khilaf

Prabowo Subianto bela polisi luka saat demo. Ia akui kadang aparat khilaf, tapi negara tetap beri penghargaan luar biasa.-Foto: IG @prabowo.-
JAKARTA, PostingNews.id – Di tengah hujan kritik atas jatuhnya korban dalam gelombang demonstrasi terbaru, Presiden Prabowo Subianto melangkah ke Rumah Sakit Polri. Di sana, Senin siang, 1 September 2025, ia menjenguk langsung anggota kepolisian yang menjadi korban luka saat mengamankan unjuk rasa. Tapi bukan hanya empati yang ia bawa, melainkan juga sebuah narasi pembelaan.
“Namanya menegakkan hukum, kadang-kadang ada yang khilaf, kadang-kadang ada yang keterpaksaan,” kata Prabowo, membuka pernyataan yang sontak jadi bola panas di ruang publik.
Pernyataan ini bukan sekadar pengakuan adanya kekhilafan dalam tubuh aparat, tapi juga pesan bahwa negara tak akan tinggal diam. Di mata Prabowo, siapa pun yang bersalah harus bertanggung jawab, termasuk jika kesalahan itu datang dari anggota polisi sendiri.
"Polosi sudah tegas menindak anggota yang mungkin keliru," ujarnya.
Dalam penjelasannya, Prabowo menyebut bahwa mereka yang membuat rusuhlah yang layak disebut biang kerok karena aksi anarkis mereka menyebabkan korban jatuh dari pihak yang tidak berdosa. Namun ia menegaskan tidak semua kekerasan datang dari niat buruk karena bisa jadi terjadi dalam kondisi mendesak di lapangan.
Tak berhenti di sana, Prabowo memberikan perintah khusus kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk memberi penghargaan bagi para anggota yang terluka.
“Saya sampaikan ke Kapolri, saya minta semua petugas dinaikkan pangkat luar biasa karena bertugas di lapangan, membela negara, membela rakyat, menghadapi anarkis-anarkis,” ujarnya.
Data yang diterima Prabowo menunjukkan ada 43 korban luka yang dirawat di RS Polri, di antaranya 14 anggota Polri dan 3 warga sipil yang masih menjalani perawatan. Cedera yang mereka alami tidak main-main. Ada yang tempurung kepalanya retak, tangan putus, hingga ginjal hancur karena diinjak, bahkan harus transplantasi.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit yang mendampingi Presiden pun merespons dengan penuh apresiasi. Ia menyatakan bahwa pihaknya akan menjalankan instruksi tersebut sebagai bentuk penghargaan bagi para prajurit yang sudah berdarah-darah dalam tugas negara.
“Kami diperintahkan untuk menaikkan pangkat, menyekolahkan, dan memberikan penghargaan terbaik untuk prajurit-prajurit kami yang sudah bekerja keras dan menjadi korban,” kata Sigit.
Langkah Prabowo ini menandai satu hal penting bahwa negara tidak akan membiarkan aparatnya yang bertugas sendirian, bahkan ketika publik tengah mengangkat sorotan keras pada pelanggaran HAM. Namun di sisi lain, ini juga menjadi medan tarik-menarik apakah pembelaan ini bentuk tanggung jawab atau justru pembenaran?
Waktu dan investigasi yang transparan akan menjadi penentu narasi akhirnya. Tapi satu hal pasti, Prabowo telah memilih panggung berdiri di sisi aparat, tanpa menutup pintu koreksi internal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News