Viral! Isu Dingin Gibran–AHY 'Disiram' Video Hangat dan Kembang Api, Ada Apa Nih?

Viral! Isu Dingin Gibran–AHY 'Disiram' Video Hangat dan Kembang Api, Ada Apa Nih?

Isu renggangnya hubungan Wakil Presiden Gibran Rakabuming dan Menko Bidang Infrastruktur AHY memanas setelah momen “cuek” di Batujajar viral di media sosial. --Foto: Antara

“Kami heran jika antara mereka berdua yang bersahabat baik seolah dipermasalahkan, dipertentangkan, dan diperbandingkan. Hal ini kurang baik dan jangan dibudayakanlah,” kata Renanda.

Renanda bahkan curiga ada pihak yang sengaja membingkai isu retaknya dua politisi muda itu.

BACA JUGA:Kucing Lokal Ternyata Simbol Kekayaan Genetik Indonesia, Begini Kata Dokter Hewan

BACA JUGA:Segini Harga Apple iPhone 17 Pro Max, Segera Meluncur September 2025 ini

“Kedua belah pihak saling menghormati. Mas Gibran malah mengucapkan selamat ulang tahun kepada Mas AHY,” tegasnya.

Ia menegaskan Demokrat solid mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran. Semua kader diminta fokus kerja, mengawal program pemerintah, dan tak terjebak isu pemecah belah.

“Ketua umum selalu mengingatkan, tak mungkin menyenangkan semua orang. Ada yang suportif, ada yang tidak suka. Namun, semua kader harus tetap fokus membantu pemerintahan Pak Prabowo agar sukses,” ujar Renanda.

Sosok Potensial di Pusaran Isu

Isu keretakan antara Gibran dan AHY tak bisa dilepaskan dari status keduanya sebagai tokoh politik muda yang sama-sama punya daya tarik dan pengaruh besar. Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes, menilai publik wajar berspekulasi, apalagi Gibran adalah putra Presiden ke-7 RI Joko Widodo sekaligus Wakil Presiden, sementara AHY menjabat Ketua Umum Partai Demokrat dan Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan.

Namun, Arya menegaskan, kedua tokoh ini nyaris mustahil mengambil langkah konfrontatif. Dalam kacamata politik, itu justru bunuh diri. Sama-sama punya modal untuk melangkah lebih jauh di kontestasi berikutnya, mereka akan menjaga jarak dari risiko yang bisa merusak citra, apalagi di tahun pertama pemerintahan.

“Elite-elite akan menahan diri untuk berkonflik. Kedua tokoh ini akan diperhitungkan ke depan, jadi mereka akan menghindari risiko politik sekecil mungkin,” ujar Arya.

Menurutnya, dalam politik, setiap gestur akan dibaca publik. Bahkan hal sesederhana tidak berjabat tangan bisa memicu tafsir liar. Boleh jadi, ketidaksapaan Gibran di Batujajar hanyalah murni soal waktu—terburu-buru karena acara segera dimulai—bukan sinyal perang dingin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News