Biarawan dan Masyarakat Flores Bereaksi Keras Hentikan Proyek Geotermal

Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, umat Katolik bersama para biarawan Katolik di seluruh Kevikepan Bajawa, Kabupaten Ngada, NTT, menggelar aksi damai yang juga fokus menyoal perluasan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Mataloko-Kevikepan Bajawa-Kevikepan Bajawa
POSTINGNEWS.ID - Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, umat Katolik bersama para biarawan Katolik di seluruh Kevikepan Bajawa, Kabupaten Ngada, NTT, menggelar aksi damai yang juga fokus menyoal perluasan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Mataloko yang diidentifikasi merusak lingkungan dan membawa begitu banyak dampak negatif terhadap masyarakat.
Gerakan aksi damai ini tidak hanya berlangsung di Bajawa, tapi juga terjadi serentak di berbagai wilayah Flores, seperti Kabupaten Ende, Nagekeo dan Manggarai.
Ribuan warga, rohaniwan, dan aktivis lingkungan turut ambil bagian dalam upaya menolak proyek geotermal yang dianggap merusak ekosistem dan mengancam keberlangsungan hidup masyarakat itu.
BACA JUGA:Menyoal Kerusakan yang Ditimbulkan PLTP Mataloko, Pemerintah Tutup Mata Telinga dari Masyarakat
Di Ende, aksi ini diawali dengan pertemuan di Rumah Kevikepan, di mana Vikaris Episkopal menegaskan bahwa gerakan ini bukan bentuk penolakan terhadap pembangunan, melainkan sebuah panggilan moral untuk menjaga kelestarian lingkungan di Flores.
Sementara itu, di Nagekeo, Forum Peduli Lingkungan Hidup mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap eksplorasi geotermal yang berisiko merusak sumber air bersih, wilayah adat, serta mata pencaharian masyarakat setempat.
Selain isu geotermal, aksi ini juga mengangkat persoalan serius terkait polusi sampah plastik yang semakin mengancam ekosistem dan kesehatan masyarakat.
Kampanye global dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini menyoroti pentingnya upaya mengurangi pencemaran plastik, yang telah menjadi salah satu ancaman terbesar bagi keberlanjutan bumi.
Sebagai bagian dari aksi ini, warga Flores melakukan kegiatan bersih lingkungan serta edukasi tentang pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan.
Di Manggarai, gerakan ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk kelompok tani dan komunitas adat, yang menyerukan perlunya kebijakan lingkungan yang lebih berpihak pada rakyat.
BACA JUGA:Siswa SD di Riau Meninggal Akibat Bully Beda Agama, Kemenham Usut Sampai Tuntas
Mereka menegaskan pentingnya mempertahankan praktik pertanian tradisional yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan sistem pertanian modern yang bergantung pada pupuk dan pestisida kimia.
Aksi ini menjadi simbol persatuan masyarakat Flores dalam menjaga kelestarian lingkungan serta membela hak mereka atas ruang hidup yang sehat dan berkelanjutan. Dengan semangat solidaritas, umat Katolik dan berbagai elemen masyarakat berharap pemerintah mau mendengar aspirasi rakyat dan mengambil langkah konkret dalam melindungi ekosistem Flores," kata Romo Reginald Piperno dari Tim Advokasi Gerakan Menolak Geotermal Keuskupan Agung Ende.
Romo Reginald Piperno membeberkan bahwa kubangan kawah yang muncul di tengah ladang garapan warga Mataloko telah mengusir mereka dari ladangnya sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News