Debat Polusi Udara di Jakarta: PLTU vs Asap Kendaraan Bermotor, Mana yang Salah?

Debat Polusi Udara di Jakarta: PLTU vs Asap Kendaraan Bermotor, Mana yang Salah?

Isu mengenai buruknya kualitas udara di sekitar DKI Jakarta telah menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah. --

Dalam hal penghasilan emisi karbon monoksida (CO), sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar dengan 96,36% atau 28.317 ton per tahun.

Kemudian, pembangkit listrik menyumbang 1,76% atau 5.252 ton per tahun, dan industri 1,25% dengan jumlah 3.738 ton per tahun.

Populasi sepeda motor di DKI Jakarta yang mencapai 78% dari total kendaraan bermotor, yaitu sekitar 24,5 juta kendaraan, juga berkontribusi signifikan dalam hal emisi.

Meski demikian, hasil inventarisasi emisi menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur adalah penyumbang terbesar emisi SO2 dengan 2.631 ton per tahun atau 61,9% dari total emisi SO2 sebesar 4.257 ton per tahun.

BACA JUGA:Ucapkan Doa Pembuka Pintu Rezeki, Gus Baha: Ini Jam yang Mustajab!

Industri energi juga berkontribusi 1.071 ton per tahun atau 25,17%, sementara kendaraan bermotor hanya 11% atau 493 ton per tahun.

Adanya penggunaan batu bara dalam industri manufaktur menyebabkan emisi SO2 yang tinggi, mencapai 64%.

Selain itu, laporan tersebut juga menepis dugaan bahwa polusi udara disebabkan oleh PLTU di Suralaya yang berada di Cilegon, Provinsi Banten.

Analisis pemantauan pada tahun 2019 menunjukkan bahwa pergerakan pencemaran udara tidak mengarah ke Jakarta, melainkan ke Selat Sunda. 

Temukan konten Postingnews.Id menarik lainnya di Google News

Sumber: