Citra Digital yang Membius, Kebijakan Dedi Mulyadi Diuji Lewat Sentimen Warganet

Selasa 19-08-2025,19:00 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Arrahman

Kinerja Dedi Mulyadi di bidang kesehatan pun tak luput dari sorotan publik digital. Teguran keras kepada Direktur RSUD Welas Asih jadi magnet perhatian. Rumah sakit ini, yang sejak 2004 dibiayai APBD Pemprov Jabar, menolak seorang ibu melahirkan karena tak punya BPJS dan SKTM.

Dedi langsung turun tangan. “Saya tegur langsung lewat telepon,” katanya sambil mengingatkan soal larangan menolak pasien dalam kondisi darurat, apalagi melahirkan. Netizen pun mengapresiasi: 58 persen respons bernada positif.

Sementara itu, infrastruktur jalan juga menjadi ladang pujian. Persoalan klasik jalan rusak di Jabar Selatan—Sukabumi, Cianjur, Garut—akhirnya disikapi serius. Salah satu proyek viral adalah pembangunan ruas Kebon Muncang–Cikadu sepanjang 8,7 km senilai Rp37,4 miliar, hingga pelebaran Jalan Raya Gabus di Tambun Utara. Tak heran, 51 persen netizen beri jempol ke langit untuk program ini.

Di bidang pendidikan, terobosan jam masuk pukul 06.30 dan penghapusan PR justru bikin netizen saling debat. “Jam pagi bikin disiplin!” kata sebagian, tapi 39 persen warganet merasa itu kejam. Siswa bisa kelelahan, terutama yang tinggal jauh. Meski begitu, 41 persen netizen tetap mengacungkan jempol untuk niat baik KDM membangun kebiasaan positif dan waktu berkualitas bagi keluarga.

BACA JUGA:KPK Sisir Jejak Uang Setya Novanto Usai Bebas Bersyarat, Kasus TPPU Terlantar Sejak 2018!

BACA JUGA:Heboh Anggota DPR Joget Usai Sidang MPR, DPR: Itu Tradisi Relaksasi!

Tak Semua Gemilang: Konflik, Tambang Maut, hingga Bansos Salah Sasaran Jadi Rapot Merah

Di balik pujian, bayangan kelam juga menyelimuti citra digital KDM. Yang paling tajam adalah konflik horizontal masyarakat. Mulai dari perusakan rumah retret Kristen di Sukabumi hingga penolakan pembangunan gereja di Depok, jadi isu panas. “Copot itu kapolsek!” tulis akun @ardytajur171, menyindir pembiaran aparat. Sementara akun @achid.12 menulis: “Mereka jadi penonton saat massa anarkis.” Tak main-main, 43 persen warganet melempar kritik keras.

Masalah tata ruang pun menyumbang luka baru. Dengan 41 persen sentimen negatif, isu alih fungsi lahan dan tambang liar memuncak. Sorotan tertuju pada pembangunan di Puncak, Bogor, yang menyebabkan banjir bandang ke Bekasi dan Jakarta. Puncaknya adalah tragedi tambang Gunung Kuda di Cirebon yang menewaskan 21 orang tertimbun longsor!

KDM memang datang dan berkata akan menanggung biaya hidup anak-anak korban. Tapi warganet tak puas. Solusi sistemik dan regulasi tegas atas tambang liar ditagih publik, bukan hanya tindakan reaktif setelah tragedi terjadi.

Bansos Jadi Borok Sosial

Bidang kesejahteraan masyarakat juga bikin citra KDM tercoreng. 39 persen warganet kecewa berat pada distribusi bansos yang salah sasaran. Ada warga tak layak yang dapat bantuan, sementara yang benar-benar butuh malah gigit jari. Dedi pun langsung bergerak dengan melakukan pendataan ulang bansos se-Jawa Barat! Walau begitu, 38 persen netizen menyambut baik niat perbaikan ini.

Meski 9 dari 12 bidang mendapat sentimen positif, tantangan besar masih terbentang. Model komunikasi ala “satu hari satu persoalan” bikin KDM dekat secara emosional, tapi belum tentu efektif secara struktural. Banyak yang mengapresiasi gaya KDM yang hadir langsung ke lokasi, seperti saat mengundang keluarga perusak rumah retret atau menanggung biaya anak korban tambang Gunung Kuda.

Namun ini belum cukup. Warganet dan masyarakat Jabar menanti lebih dari itu. KDM tak bisa terus tampil sebagai “Gubernur Konten” yang menyelesaikan masalah satu per satu dengan kamera menyala.

BACA JUGA:Jangan 'Tambeng! Kebiasaan Ngorek Kuping Pakai Cotton Bud Selain Bikin Telinga Rusak, Juga Efek Negatif ini...

BACA JUGA:Paten! Nih, 5 Ide Hadiah Unik, Romantis dan Anti Mainstream Buat Pasangan, Jangan Cuma Kasih Bunga!

Kategori :