Korban Meninggal Dunia Tragedi Kanjuruhan Kembali Bertambah, Kini Jadi 134 Orang

Korban Meninggal Dunia Tragedi Kanjuruhan Kembali Bertambah, Kini Jadi 134 Orang

Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur-Istimewa-Berbagai sumber

JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Revano, warga Sumberpucung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur yang ikut menjadi korban tragedi Kanjuruhan, pada Jumat (21/10/2022) pagi meninggal dunia.

Revano yang merupakan salah seorang suporter Arema FC atau Aremania, menghembuskan nafas terakhirnya setelah menjalani perawatan intensif di RSUD dr Saiful Anwar, Malang, Jawa Timur.

Dengan demikian, jumah korban meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan tersebut bertambah menjadi 134 orang.

Kabar bertambahnya jumlah korban meninggal dunia tersebut dibenarkan Akmal Marhali, anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tragedi Kanjuruhan.

BACA JUGA:NasDem Heran Wanda Hamidah Seret Nama Anies Baswedan Terkait Alasan Kepindahannya ke Golkar

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD pada Kamis (20/10/2022) menegaskan, korban meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu itu disebabkan tembakan gas air mata.

Dijelaskan Mahfud, para korban meninggal dunia bukan disebankan racun dalam gas air mata, melainkan tembakan gas air mata oleh petugas kepolisian yang menyebabkan kepanikan hingga meninggal dunia karena berdesak-desakan.

"Saya nggak peduli sekarang seberapa besar kandungan kimia yang mematikan (dalam gas air mata), itu tidak penting. Karena bukan kimianya yang menyebabkan, tetapi penembakannya yang menyebabkan orang panik kemudian berdesak-desakan dan mati," kata Mahfud, dikutip dari fin.co.id.

Mahfud yang juga sebagai Ketua Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan ini mengatakan, pihak yang paling bertanggung jawab dalam tragedi Kanjuruhan adalah PSSI dan kepolisian.

BACA JUGA:Partai NasDem Tegaskan Tetap Dukung Anies Baswedan Sebagai Capres

"Mungkin gas air matanya sendiri tidak menyebabkan kematian langsung, tetapi penyemprotan ke tempat-tempat tertentu menyebabkan orang panik, nafasnya sesak, lalu lari ke tempat yang sama, desak-desakan, mati. Jadi, penyebabnya ya gas air mata," kata Mahfud lagi.

Menurut dia, rekomendasi dari TGIPF menjadi pertanyaan di tengah masyarakat, apakah ada gunanya atau tidak.

Dia menjelaskan, meskipun TGIPF telah melakukan tugasnya, tetapi pemerintah tidak bisa ikut campur dalam sepak bola. 

"Kita tidak boleh ikut campur ke situ, tetapi pemerintah sudah bicara dengan presiden FIFA akan bersama-sama melakukan transformasi," tuturnya.

BACA JUGA:Golkar DKI Optimis Raih Suara Maksimal di Pileg 2024 dengan Bergabungnya Wanda Hamidah

Soal rekomendasi lainnya, seperti renovasi stadion sudah langsung dilakukan.

"Kemudian pengaturan ke polri agar membuat aturan-aturan baru dan mulai melakukan penyusunan prosedut tetap baru di dalam pengamanan sepak bola dan seterusnya sekarang dilakukan. Saya kira itu sudah cukup maksimal yang dilakukan oleh TGIPF," ucap Mahfud.

Temukan konten Postingnews.Id menarik lainnya di Google News

Sumber: