Dikritik Dino Patti, Kemenlu Pilih Tenang dan Klaim Pintu Dialog Tetap Terbuka
Kemenlu merespons santai kritik Dino Patti Djalal soal diplomasi. Pemerintah menegaskan arah kebijakan tetap terbuka dan berbasis kepentingan nasional.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id — Kementerian Luar Negeri merespons santai kritik yang disampaikan mantan Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal kepada Menteri Luar Negeri Kabinet Merah Putih Sugiono. Empat poin catatan Dino diperlakukan sebagai masukan biasa, tanpa nada defensif, seolah tak ada yang perlu dibesar-besarkan.
Juru Bicara Kemenlu Yvonne Mewengkang mengatakan kementeriannya mencatat perhatian dan pandangan Dino terkait arah kebijakan luar negeri Indonesia dan langkah diplomasi Presiden Prabowo Subianto, termasuk peran Sugiono di dalamnya. Pemerintah, kata Yvonne, terbiasa menerima ragam pandangan.
“Kemlu RI senantiasa menghargai masukan yang konstruktif dan meyakini bahwa beragam pandangan dapat memperluas perspektif dalam melihat suatu isu,” kata Yvonne saat ditemui awak media di Jakarta, Rabu 24 Desember 2025.
Menurut Yvonne, setiap kebijakan luar negeri dirumuskan dan dijalankan berdasarkan kepentingan nasional, berlandaskan prinsip politik luar negeri bebas aktif, serta melalui perhitungan yang matang dan menyeluruh. Ia menegaskan arah diplomasi Indonesia tidak berjalan serampangan dan tidak pula ditentukan oleh satu suara saja.
BACA JUGA:Ma’ruf Amin Pamitan dari PKB dan MUI, Ingin Rehat dan Serahkan Estafet ke Generasi Muda
Ia juga memastikan Menlu Sugiono konsisten membuka ruang dialog dan masukan dari berbagai pihak. Saluran komunikasi, menurut Yvonne, tidak pernah ditutup. Kemenlu menggunakan beragam medium untuk menyampaikan sikap dan kebijakan, mulai dari portal resmi, media sosial, rilis pers, konferensi pers, press briefing, media gathering, wawancara terjadwal hingga doorstop interview.
Masukan Dino sendiri disampaikan melalui akun Instagram pribadinya pada 22 Desember 2025. Dalam unggahan itu, ia menuliskan sejumlah catatan yang ditujukan langsung kepada Sugiono. Dino berharap kritik tersebut tidak disikapi defensif dan bisa dijadikan bahan refleksi. Ia menempatkan dirinya bukan sekadar sebagai pengamat, tetapi sebagai bagian dari keluarga besar diplomasi Indonesia.
“Juga sebagai orang yang telah berkecimpung dalam dunia diplomasi selama hampir 40 tahun,” kata Dino.
Ada empat poin utama yang disampaikan Dino. Pertama, ia meminta Sugiono meluangkan waktu lebih banyak untuk memimpin langsung Kementerian Luar Negeri. Menurut Dino, peran menteri bukan hanya administratif, tetapi juga simbol kepemimpinan diplomasi Indonesia di dalam dan luar negeri.
BACA JUGA:Bicara Komando dan Krisis Sumatra, SBY Seperti Ingin Menegur Prabowo Tanpa Menyebut Nama
Kedua, Dino menyoroti komunikasi publik Sugiono terkait kebijakan politik luar negeri. Ia menyinggung bahwa dalam satu tahun terakhir Sugiono belum pernah menyampaikan pidato kebijakan, baik di forum dalam negeri maupun luar negeri. Sekretaris Jenderal Partai Gerindra itu, kata Dino, juga tidak pernah memberikan wawancara khusus kepada media untuk membahas substansi arah politik luar negeri. Dino menilai komunikasi Sugiono lebih banyak berlangsung melalui media sosial.
Poin ketiga menyangkut relasi dengan pemangku kepentingan internasional. Dino menjelaskan bahwa permintaannya agar Sugiono lebih aktif berhubungan dengan pihak luar sejalan dengan prinsip pemerintah yang melayani rakyat. Dalam pandangannya, relasi internasional bukan sekadar agenda seremonial. Ia menilai Sugiono kurang komunikatif, tidak responsif, dan sulit diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Keempat, Dino berharap Sugiono lebih terbuka bekerja sama dengan akar rumput hubungan internasional. Ia memahami tugas utama seorang menteri adalah membantu Presiden menjalankan program pemerintah. Namun, menurut Dino, tugas itu tidak seharusnya membuat hubungan dengan masyarakat dan komunitas internasional di tingkat bawah terabaikan.
Dino menegaskan bahwa dalam praktik diplomasi, inisiatif bisa datang dari mana saja. Bukan hanya dari negara atau pejabat tinggi, tetapi juga dari rakyat dan para pemangku kepentingan. Ia menilai ada jarak antara pernyataan Sugiono di forum internasional dan praktik di lapangan. Di berbagai forum, Sugiono kerap menyerukan pentingnya kerja sama. Namun, menurut Dino, dalam kenyataan sehari-hari, kerja sama itu justru sulit diwujudkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News