Megawati Buka Kisah Tsunami Aceh, Buzzer Disebut Cuma Cari Duit Tanpa Peri Kemanusiaan

Megawati Buka Kisah Tsunami Aceh, Buzzer Disebut Cuma Cari Duit Tanpa Peri Kemanusiaan

Megawati mengungkit kisah kemanusiaan tsunami Aceh dan menyentil buzzer yang dinilai hanya menyerang demi uang tanpa empati.-Foto: IG @bumegabercerita-

JAKARTA, PostingNews.id — Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri kembali mengungkit tabiat pendengung yang kerap mencela setiap langkahnya. Di hadapan kader dan relawan, Megawati menyebut para pendengung itu hanya bisa melempar olok-olok, bahkan terhadap pengalaman kemanusiaan yang ia jalani sendiri saat turun ke Aceh pascatsunami 2004.

Nada itu ia sampaikan dalam sambutan di Seminar Mitigasi Bencana dan Pertolongan Korban di Jakarta International Equestrian Park, Jakarta, Jumat 19 Desember 2025. Di sana, Megawati mempertanyakan sisi kemanusiaan para pendengung yang menurutnya hanya sibuk menyerang demi uang. “Peri kemanusiaan kamu itu ke mana? Hanya menjelek-jelekkan orang saja untuk mencari duit,” katanya.

Megawati lalu menarik ingatan ke peristiwa besar dua dekade lalu. Empat hari setelah tsunami meluluhlantakkan Aceh, ia ikut dalam rombongan pencarian korban. Dengan perahu karet, mereka menyusuri lokasi terdampak. 

Di tengah perjalanan, rombongan dikejutkan oleh satu sosok korban yang tersangkut di pohon cemara. Dugaan awal langsung mengarah pada kematian. “Tentunya kalau sudah menjadi jenazah itu kan mulai membusuk. Itu ternyata katanya sudah empat hari,” ucap Megawati.

BACA JUGA:Dulu Peta Karma, Kini Sekadar Permainan Bocah, Jejak Hilangnya Makna Ular Tangga dari India

Namun dugaan itu patah ketika korban berhasil dievakuasi. Orang tersebut ternyata masih hidup setelah bertahan selama empat hari di atas pohon cemara. Bagi Megawati, peristiwa itu bukan sekadar kisah dramatis, melainkan pengalaman kemanusiaan yang membekas. Ia menyebutnya sebagai kejadian yang patut disyukuri.

Megawati menegaskan cerita itu bukan karangan. Ia tak terima bila pengalamannya dipelintir sebagai upaya mencari sensasi. Menurutnya, hanya pendengung yang akan menuding demikian. “Ini enggak ngomong bohong karena sayanya ke situ. Nanti ada aja mungkin buzzer bilang, ‘ah ibu Mega itu sok-sok aja mau cari nama. Tidak,” ucapnya. Ia lalu menambahkan dengan nada menyindir, “Kalau ada buzzer yang ngomong gitu, kamu cari buzzer-nya siapa?”

Dalam kesempatan yang sama, Megawati juga menyinggung kiprahnya membangun organisasi sayap partai di bidang tanggap darurat bencana, Badan Penanggulangan Bencana atau Baguna. Seminar yang dihadiri kader dan relawan itu digelar untuk menguatkan kesadaran publik soal mitigasi bencana, menyusul rangkaian banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November 2025.

Di tengah forum itu, data terbaru korban bencana ikut disinggung. Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan jumlah korban meninggal akibat bencana di Sumatera mencapai 1.068 jiwa per Jumat 19 Desember 2025 pukul 09.30 WIB, berdasarkan Geoportal Data Bencana milik BNPB.

BACA JUGA:Amin Ak: Manufaktur Masih Jadi Andalan, Tapi Napasnya Pendek Dihimpit Impor Murah

Bagi Megawati, kritik terhadap buzzer bukan cerita baru. Ia berkali-kali menyuarakan kegelisahan yang sama. Sebelumnya, ia pernah meminta Kementerian Komunikasi dan Digital menindak pendengung yang gemar menyebarkan kebohongan. Pernyataan itu disampaikannya saat menjadi pembicara dalam seminar internasional peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika di Blitar, Jawa Timur, Sabtu 1 November 2025.

“Saya sudah minta sama Kominfo (Komdigi) betulkan itu, kurang apa saya. Tapi enggak dibetul-betulin. Pakai buzzer-buzzer. Buzzer-buzzer itu sombong. Bisanya hanya terima duit saja,” kata Megawati, dikutip dari kanal YouTube PDIP.

Sindiran serupa juga ia lontarkan dalam acara Serambi Pancasila dan peluncuran buku di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia di Jakarta pada 11 Agustus 2025. Saat itu, Megawati mengaku pernah mengutus seseorang untuk meminta Presiden Prabowo Subianto menertibkan buzzer karena dinilai hanya memicu perpecahan.

Kekesalan Megawati terhadap pendengung juga mengemuka dalam forum akademik. Saat menjadi pembicara workshop Pengelolaan Biodiversitas dan Penguatan HKI untuk Masa Depan Berkelanjutan Sinergi UGM dan BRIN di Balai Senat Universitas Gadjah Mada pada 1 Oktober 2025, ia secara terbuka menyatakan tidak menyukai keberadaan buzzer. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share