Israel–Iran Makin Panas, Satu Ledakan Lagi Bisa Pecah Perang
Perang Israel-Iran 2025.-ShutterStock-
JAKARTA, PostingNews.id – Ketegangan antara Israel dan Iran kembali menanjak. Laporan terbaru dari media Israel Maariv yang dikutip Jumat, 12 Desember 2025, menyebut otoritas militer di Tel Aviv sudah memetakan kesiapan menghadapi apa yang mereka sebut sebagai babak baru konflik. Sinyal bahwa dua negara musuh bebuyutan itu mendekati konfrontasi langsung kini makin terasa, seakan tinggal menunggu pemicu kecil untuk meledak.
Dalam laporan itu, pejabat IDF menggambarkan peningkatan kapasitas Iran yang dianggap luar biasa cepat, terutama di sektor rudal balistik. Mereka memperingatkan Teheran kini mampu meluncurkan serangan besar dengan ratusan rudal dalam satu gelombang, sebuah skenario yang bisa membuat sistem pertahanan Israel kewalahan dalam hitungan menit. Maariv mengutip pejabat militer yang menyebut, "IDF khawatir Iran mampu menembakkan ratusan rudal balistik dalam satu gelombang." Pernyataan itu menandai tingkat eskalasi yang disebut paling gawat sejak kesepakatan nuklir 2015 runtuh.
Sejak JCPOA tak lagi berlaku pada Oktober, pintu diplomasi seakan ditutup rapat. Sanksi kembali menjerat Iran, dan ruang negosiasi yang sempat terbuka kini memudar. Kekosongan diplomasi itu justru memberi jalan baru bagi kedua pihak memperluas kekuatan militer dan menggerakkan operasi proksi yang selama ini menjadi medan tempur tak kasat mata di kawasan Timur Tengah.
Pejabat AS yang diwawancarai The New York Times menyebut konfrontasi langsung makin sulit dihindari. Di satu sisi, Israel menuding Iran menyembunyikan uranium yang diperkaya. Di sisi lain, negara-negara Teluk memandang potensi serangan bukan lagi soal apakah akan terjadi, tetapi kapan waktunya.
BACA JUGA:Isu Merger Gojek-Grab Makin Nyaring, Maxim Merinding karena Takut Monopoli
Sementara itu, dari Iran sendiri, industri senjata justru terlihat makin agresif. Ali Vaez dari International Crisis Group mengatakan, "Pabrik rudal beroperasi 24 jam. Jika perang terjadi, mereka menargetkan bisa menembakkan 2.000 rudal sekaligus," menunjukkan kesiapan ofensif Teheran meningkat pesat dalam tempo singkat.
Sumber Israel dari CursorInfo bahkan mengangkat skenario yang lebih jauh. Menurut mereka, kini ada pembahasan mengenai kemungkinan perubahan rezim di Teheran sebelum masa jabatan kedua Presiden AS Donald Trump berakhir. Meski masih berupa analisis, gagasan itu mencerminkan arah pikir sebagian lingkaran kebijakan Israel yang mulai memikirkan langkah agresif di luar pakem.
Di lapangan, gambar satelit terbaru menunjukkan pembangunan fasilitas bawah tanah di Natanz yang dijuluki Gunung Pickaxe. Lokasi itu belum diawasi IAEA, menambah panjang daftar kecurigaan negara-negara Barat terhadap tujuan nuklir Iran. Fasilitas tersebut diyakini akan menjadi benteng penting jika perang besar benar-benar pecah.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian tetap menegaskan sikapnya. "Kami siap kembali ke pembicaraan, tetapi hanya jika hak Iran untuk mengembangkan teknologi, pertahanan, dan program nuklir dihormati." Namun posisi itu jelas berbenturan dengan tekanan politik dari Washington dan Tel Aviv yang ingin batas tegas terhadap ambisi nuklir Iran.
Di sisi lain, Trump telah mengakui dukungan AS terhadap operasi Israel, tetapi berusaha menjaga jarak agar Amerika tidak terseret ke dalam peperangan besar. Meski begitu, banyak analis memperingatkan bahwa jika Israel menyerang lebih dulu, AS hampir pasti akan ikut masuk ke gelanggang, betapapun Trump berupaya menghindari konflik terbuka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News