Gus Yahya Nyalakan Alarm, Kumpulkan Kiai Sepuh di Lirboyo buat Redam Badai PBNU
Gus Yahya bergerak cepat meredam badai PBNU dengan mengumpulkan kiai sepuh di Lirboyo setelah muncul desakan mundur dari rapat harian Syuriyah.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id – Angin panas di tubuh PBNU makin kencang. Setelah surat Syuriyah yang minta dirinya turun viral ke mana-mana, Gus Yahya tampak mulai pasang kuda-kuda. Ia tak mau disingkirkan begitu saja. Jurus terbaru: kumpulin para kiai sepuh di Lirboyo, Kediri, biar suasana bisa diredam sebelum keburu jadi badai besar.
Gus Yahya bilang, pertemuan itu akan menghadirkan para ulama yang punya otoritas moral lebih kuat dari sekadar jabatan di struktur. Nama-namanya juga bukan kaleng-kaleng. Ada Pengasuh Pesantren Al Falah Ploso Kediri KH Nurul Huda Djazuli, Pengasuh Pesantren Lirboyo KH Anwar Manshur, dan Abuya Muhtadi Dimyathi Al-Bantany dari Banten.
“Akan digelar pertemuan yang lebih luas dengan menghadirkan para kiai sepuh lebih banyak, dan juga unsur-unsur kepemimpinan dalam lingkungan Nahdlatul Ulama, yang akan dituanrumahi oleh Pesantren Lirboyo di Kediri,” kata Gus Yahya usai pertemuan dengan alim ulama di kantor PBNU, Jakarta, Ahad malam.
Pertemuan besar itu hasil rembukan sekitar 50 kiai yang kumpul di kantor PBNU. Mereka sama-sama ngebahas surat risalah Syuriyah yang bikin gaduh itu. Yahya berharap forum para sepuh nanti bisa jadi jalan keluar sebelum polemik makin susah diredam.
BACA JUGA:Ahmad Ali Minta PSI Lahirkan Jokowi-Jokowi Muda, Katanya Tak Perlu Darah Biru buat Jadi Presiden
“Kita menunggu nanti bagaimana komunikasi di antara beliau-beliau untuk menetapkan waktunya, tetapi tempat sudah disepakati yaitu di Pondok Pesantren Lirboyo,” katanya.
Katib ‘Aam PBNU Ahmad Said Asrori juga ikut nimbrung dalam rapat semalam. Menurutnya, kiai yang datang bukan main banyaknya, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, sampai Sumatera Utara.
Ahmad bilang ada tiga kesepakatan penting dari rapat itu. Pertama, semua kiai sepakat akan ada silaturahmi besar-besaran antarulama untuk memperkuat islah. Kedua, mereka kompak menegaskan masa kepengurusan PBNU yang sekarang harus jalan sampai akhir periode, sekitar satu tahun lagi. Tidak ada istilah pemakzulan atau pengunduran diri.
“Jadi sekali lagi, tidak ada pengunduran dan tidak ada pemaksaan pengunduran diri. Tidak ada. Ini sekali lagi saya tegaskan, tidak ada,” ujar Ahmad. “Semua kepengurusan harian PBNU mulai Rais ‘Aam sampai jajaran, ketua umum dan jajaran sempurna sampai muktamar yang akan datang.”
Ketiga, kata Ahmad, para kiai menyerukan agar semuanya bertafakur demi kebaikan bersama, kebaikan warga NU, dan Indonesia. Kalau pun ada perubahan kepengurusan, Ahmad menegaskan jalurnya cuma satu: lewat muktamar. “Kalau mau ganti, ya harus lewat majelis tertinggi dan terhormat, yakni muktamar Nahdlatul Ulama,” katanya.
Rapat kilat dengan para kiai itu digelar tidak lama setelah surat keputusan Syuriyah PBNU tersebar di grup WhatsApp wartawan dan media sosial. Dalam risalah yang disebut digelar di Hotel Aston Jakarta, 20 November 2025, disebutkan bahwa 37 dari 53 pengurus Syuriyah hadir dan sepakat meminta Yahya mundur.
Isinya gamblang. “Yahya Cholil Staquf harus mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum PBNU dalam waktu 3 hari sejak diterimanya keputusan rapat Harian Syuriyah PBNU,” begitu bunyi surat yang ditandatangani Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.
Kalimat berikutnya bahkan lebih keras. Kalau tiga hari lewat dan Yahya belum turun, Syuriyah akan memberhentikannya.
Dengan langkah cepat ke Lirboyo ini, jelas Gus Yahya sedang pasang pagar keliling. Ia mungkin tahu, badai ini belum reda, dan di NU, badai seperti ini kadang datang bukan karena angin, tapi karena tangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News