Makin Miskin Makin Disalahkan, Ini Alasan Ilmiah Kenapa Orang Miskin Sering Diinjak-injak
Mengapa orang miskin sering diperlakukan lebih buruk? Ini penjelasan ilmiah dan sosial yang membuat mereka makin disalahkan dalam kehidupan sehari-hari.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id — Penghinaan dan kata-kata kasar Miftah Maulana kepada seorang penjual es teh membuat publik geger. Sosok yang diberi mandat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan itu akhirnya menyampaikan permintaan maaf setelah pihak istana turun tangan menegur.
Kasus ini pun membuka kembali obrolan lama tentang bagaimana orang miskin sering menjadi sasaran empuk untuk diperlakukan semena-mena.
Di banyak negara, menjadi miskin hampir selalu berarti membawa beban tambahan berupa perlakuan buruk. Ian Welsh pernah menuliskan hal ini dalam sebuah artikel di HuffPost, sebuah tulisan yang kini terasa relevan kembali.
Ia menulis, “Tidak ada aturan yang lebih tegas bahwa semakin sedikit gaji Anda, semakin buruk Anda akan diperlakukan.” Ia mencontohkan bagaimana pelayan toko memperlakukan mereka dengan ketus dan bagaimana birokrat publik kerap menunjukkan penghinaan mereka.
BACA JUGA:Gegara Tarif Resiprokal, Minyak AS Bakal Mengalir Deras ke RI Mulai Desember
The Washington Post pernah membahas betapa ironisnya hidup sebagai orang miskin karena segalanya menjadi lebih mahal. Bukan hanya biaya barang, tetapi juga waktu yang harus dihabiskan untuk mendapat pelayanan dasar.
Studi di Journal of Consumer Research pada 2008 bahkan menemukan bahwa harga kebutuhan sehari-hari di lingkungan miskin berada di kisaran 10 hingga 15 persen lebih tinggi dibanding lingkungan kaya.
Studi lain yang berjudul The High Cost of Being Poor menemukan bahwa keluarga miskin tidak mendapat akses air bersih sehingga harus membayar lebih mahal untuk jumlah air yang sama.
Welsh menambahkan pengalaman hidupnya dengan kalimat yang sangat membekas, “Seorang teman saya mengatakannya dengan sangat sederhana. Orang miskin menghabiskan waktu untuk menabung. Orang kaya menghabiskan uang untuk menghemat waktu.”
Menurut Welsh, semakin lama seseorang hidup dalam kemiskinan, semakin terlihat bagaimana perlakuan buruk datang dari hampir semua arah. Orang melihat Anda tak punya uang dan tak punya pengaruh, sehingga merasa bebas menekan, meremehkan, atau mengabaikan.
Dalam tulisannya, Welsh mengingat sebuah kisah saat ia menjalani masa-masa tersulit dalam hidupnya. Ia bekerja serabutan membersihkan halaman dan mengecat rumah demi bertahan hidup. Suatu hari, setelah mengecat sebuah garasi, ia pergi ke bank membawa cek pembayaran.
Kondisi dirinya saat itu berantakan, penuh cat kering, dan tampak lelah. Teller bank menolak mencairkan cek itu selama dua minggu. Welsh butuh uang untuk membayar sewa hari itu juga. Ia pun keluar dari bank.
Ia pulang, mandi, mencukur, menyisir rambut, dan mengenakan pakaian paling rapi yang ia punya. “Kemudian saya mencari pakaian bagus terakhir saya – flanel abu-abu, kemeja, blazer, dasi. Saya kenakan semuanya, dan saya kembali ke bank,” tulisnya. Teller yang sama langsung mencairkan cek itu. Welsh tidak mengatakan apa pun, meski memahami dengan jelas apa yang baru saja terjadi.
Ia mengingat masa-masa lain ketika kemiskinan membuatnya bahkan tidak bisa terlihat meyakinkan sebagai kelas menengah. “Suatu kali seorang penjaga keamanan mengusir saya dari properti hotel tempat saya masuk untuk menggunakan telepon umum. Dalam kasus lain, saya diusir dari kampus Universitas Ottawa,” tulisnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News