Usman Hamid Sindir Keras: Kalau Soeharto Pahlawan, Berarti Gus Dur dan Cak Nur Penjahatnya
Usman Hamid menilai wacana Soeharto jadi pahlawan nasional tidak masuk akal. Ia menyindir keras, kalau begitu Gus Dur dan Cak Nur dianggap penjahat.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id — Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Usman Hamid, melontarkan pernyataan tajam soal rencana pemerintah memberi gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 RI, Soeharto. Menurutnya, jika Soeharto sampai dinobatkan sebagai pahlawan, maka tokoh-tokoh seperti Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan Nurcholish Madjid atau Cak Nur justru akan dianggap sebagai penjahat dalam sejarah perjuangan bangsa.
Usman menjelaskan bahwa banyak pimpinan Muhammadiyah berpandangan serupa. Mereka menilai, jika Soeharto disebut pahlawan, maka orang-orang yang menentang kekuasaannya seperti mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Amien Rais, Gus Dur, hingga Cak Nur akan ditempatkan di sisi yang berlawanan dari sejarah.
“Cak Nur bahkan yang paling dicatat dalam sejarah. Dia lah yang mengatakan kepada Presiden Soeharto bahwa mahasiswa menginginkan agar Soeharto turun,” kata Usman dalam diskusi publik bertajuk #SoehartoBukanPahlawan di Jakarta, Sabtu, 8 November 2025.
Dalam penjelasannya, Usman mengisahkan bagaimana situasi menjelang kejatuhan Orde Baru. Saat gelombang mahasiswa dan masyarakat menuntut reformasi, Soeharto justru tidak memahami makna sebenarnya dari gerakan itu.
BACA JUGA:Ara Umumkan Kenaikan Gila-gilaan Anggaran Bedah Rumah, Naik 8 Kali Lipat di Era Prabowo
Alih-alih merespons dengan langkah politik yang sesuai, Soeharto malah membentuk Dewan Reformasi dan menempatkan orang-orang dekatnya di dalam lembaga tersebut, termasuk Cak Nur. Namun Cak Nur menolak bergabung karena menyadari arah kebijakan itu tidak sesuai dengan semangat reformasi.
“Kata Cak Nur, Pak Harto tahu tidak apa yang dimaksud mahasiswa itu reformasi. Tidak tahu. Yang diinginkan oleh mahasiswa dengan reformasi adalah Pak Harto turun,” ujar Usman.
Bagi Usman, logika kepahlawanan menjadi terbalik jika orang-orang yang menumbangkan tirani justru dipinggirkan, sementara penguasa otoriter dijadikan teladan. “Kalau Soeharto adalah pahlawan, maka Cak Nur, Amien Rais, dan Gus Dur adalah penjahat,” katanya.
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia itu menilai makna kepahlawanan akan menjadi semakin absurd apabila Soeharto disamakan kedudukannya dengan tokoh-tokoh seperti Gus Dur atau Marsinah. “Makin absurd. Siapa yang sebenarnya pahlawan? Siapa yang pengkhianat?” tuturnya.
Sementara itu, gelombang kritik publik terhadap rencana pemerintah untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada Soeharto kian deras. Saat ditanya mengenai hal tersebut, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi enggan memastikan apakah Presiden Prabowo Subianto mengetahui besarnya penolakan di masyarakat. Ia hanya menegaskan bahwa proses pengusulan gelar pahlawan dilakukan sesuai prosedur yang berlaku.
Menurut Prasetyo, perbedaan pandangan adalah hal yang wajar, dan masyarakat seharusnya lebih banyak menyoroti sisi positif dari perjalanan sejarah seorang tokoh.
“Marilah kita arif dan bijaksana belajar menjadi dewasa sebagai sebuah bangsa untuk kita menghormati dan menghargai jasa-jasa para pendahulu. Mari kita kurangi untuk selalu melihat kekurangan-kekurangan,” kata Prasetyo di Istana Merdeka, Jakarta, 8 November 2025.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News