BRIN Kembangkan Sistem Deteksi Dini Penyakit Ice-Ice pada Rumput Laut
Badan Riset dan Inovasi Nasional/BRIN--
POSTINGNEWS.ID – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali menghadirkan inovasi di bidang kelautan.
Kali ini, lembaga riset tersebut tengah mengembangkan sistem deteksi dini untuk penyakit ice-ice yang kerap menyerang tanaman rumput laut di perairan tropis.
“Program ini menandai langkah awal pembuatan alat deteksi penyakit ice-ice yang direncanakan rampung pada 2028,” ujar Peneliti Pusat Riset Budidaya Laut (PRBL) BRIN, Muhammad Naufal.
BACA JUGA:Tak Mau Tinggal di Rumah Pensiun Pemberian Negara, Jokowi: Kan Saya Sudah Punya Rumah Walau Kecil
Ia menjelaskan, penyakit ice-ice disebabkan oleh bakteri oportunistik kelompok Vibrio yang biasanya menyerang saat perubahan cuaca ekstrem terjadi, terutama ketika peralihan musim kemarau ke musim hujan.
“Kondisi tersebut menimbulkan stres fisiologis pada rumput laut. Membuat batangnya tampak pucat dan rapuh seperti es,” ucap Naufal.
Hasil penelitian ini nantinya akan menghasilkan alat deteksi cepat berbentuk kit yang bisa langsung digunakan oleh para petani.
BACA JUGA:Purbaya Ngaku Tak Tertarik Politik, Padahal Survei Calon Presiden 2029 Sudah dalam Genggaman
“Dengan kit ini, pemantauan kesehatan lingkungan budidaya bisa dilakukan secara real-time untuk mendukung praktik budidaya berkelanjutan,” tambahnya.
Uji coba awal akan dilakukan di Kabupaten Lombok Timur yang dikenal sebagai salah satu sentra utama budidaya rumput laut nasional.
“Setelah identifikasi mikroba dilakukan, kami akan mengintegrasikan data dengan analisis omik untuk pembuatan primer yang akurat,” jelasnya.
Riset ini akan melibatkan kolaborasi lintas pusat riset BRIN, seperti Pusat Riset Rekayasa Genetika, Mikrobiologi Terapan, dan Kedokteran Hewan. Sinergi tersebut diharapkan mempercepat lahirnya sistem deteksi yang efektif.
BACA JUGA:Soal Dugaan Korupsi Whoosh, Projo: Memang Ada Problem, tapi Ekonomi Jawa Naik 3 Kali Lipat
“Pengembangan alat ini diharapkan membantu petani memantau kesehatan budidaya secara cepat. Dan menyesuaikan waktu tanam untuk mengurangi dampak penyebaran penyakit,” tutupnya.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News