Jokowi Sudah Turun Gunung untuk 2029, Akankah PSI Sampai di Senayan?

Jokowi Sudah Turun Gunung untuk 2029, Akankah PSI Sampai di Senayan?

Dukungan Jokowi ke PSI jadi sorotan jelang Pemilu 2029. Tapi cukupkah pengaruh mantan presiden itu mengantar partai anaknya ke Senayan?-Foto: Dok. PSI-

BACA JUGA:Menteri Agama Murka, Pesantren Diserang Trans7 Gara-Gara Tayangan “Amplop Kiai” 

Menurut Ali, konsolidasi itu tak berhenti di sepuluh provinsi saja. Setelah evaluasi rampung, pengurus pusat akan menggelar rapat koordinasi wilayah mulai 1 November 2025. “Seluruh pengurus PAC sudah terbentuk pada akhir Oktober,” katanya. Artinya, PSI sedang membangun ulang fondasi partai dari bawah, memastikan mesin siap sebelum terjun ke arena politik yang lebih sengit.

Pada Rabu, 8 Oktober 2025, Ahmad Ali bicara lebih lugas. Menurutnya, PSI harus berani berubah kalau mau masuk Senayan. Sebagai mantan politisi NasDem yang kini jadi Ketua Harian PSI, ia menegaskan PSI bukan partai baru. Sudah dua kali ikut pemilu dan kini saatnya berbenah total. “Dua pemilu sudah cukup buat PSI untuk berbenah,” ujarnya. Ia menyinggung perlunya perubahan besar, dari logo hingga tagline “one man, one vote.”

Ali juga menegaskan akan melakukan evaluasi kinerja pengurus dalam tiga bulan ke depan. Siapa pun yang tak bisa mengikuti ritme kerja baru harus rela tersingkir. “Keluar dari gerbong bukan berarti dibuang, tapi memberi kesempatan kepada orang yang lebih siap untuk beradaptasi dengan perubahan sistem kerja,” katanya.

Langkah PSI yang kini tampak akrab dengan Jokowi juga mencuri perhatian pengamat politik. Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai manuver ini bisa menjadi amunisi besar bagi PSI untuk menambah suara di Pemilu 2029. “Ketokohan Jokowi masih kuat, terutama di basis minoritas Indonesia timur, Indonesia tengah, dan Jawa Tengah, khususnya di Solo Raya. Itu basis utama Jokowi,” kata Agung.

BACA JUGA:Pemerintah Siapkan Peta Jalan Program Etanol untuk Kurangi Impor BBM

Menurut Agung, tiga politikus NasDem yang kini merapat ke PSI bukan kebetulan. Ahmad Ali punya pengaruh di Sulawesi Tengah, Rusdi Masse di Sulawesi Selatan, dan Bestari Barus di Jakarta. “Mereka punya basis massa. Sebagai calon legislator, mereka pernah terpilih,” ujarnya. Artinya, PSI sedang menambah bensin mesin politiknya dengan bahan bakar lama yang masih punya tenaga.

Peneliti Politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, Wasisto Raharjo Jati, memandang relasi Jokowi dan PSI seperti simbiosis saling menguntungkan. PSI mendapatkan “efek Jokowi” untuk mendongkrak suara, sementara Jokowi memperoleh proteksi politik dari partai yang dipimpin anak bungsunya itu. “Selama ini Jokowi diserang bertubi-tubi soal dugaan ijazah palsu dan menghadapi serangan itu sendirian. Tidak ada bantuan politik secara organisasi. Jadi di situlah PSI bisa memberikan proteksi dan backup untuk Jokowi,” ujar Wasisto.

Menurut Wasisto, partai-partai besar kini maju-mundur menerima Jokowi, membuat mantan presiden itu bimbang menentukan pelabuhan politiknya. Golkar, PPP, hingga Gerindra pernah disebut-sebut menjadi pilihan, tapi belum ada kepastian. “Sebab, belum tentu Jokowi mendapatkan posisi atau privilese kalau bergabung,” ujarnya.

Dengan Kaesang duduk di kursi Ketua Umum PSI, posisi Jokowi jadi lebih leluasa. Ia bisa berperan tanpa perlu repot menandatangani kartu anggota. Wasisto menilai dinamika ini membuka ruang bagi Jokowi untuk kembali mengatur irama politik, meski kali ini dari belakang layar—lewat partai yang kini semakin tampak seperti perpanjangan tangan politik keluarga Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News