Ketika Hutan Ditebang Tanpa Ampun, Bencana pun Datang Tak Kenal Ampun

Ketika Hutan Ditebang Tanpa Ampun, Bencana pun Datang Tak Kenal Ampun

Deforestasi terus menggerus hutan dunia. Dampaknya merambat ke krisis iklim, hilangnya satwa, hingga bencana yang mengancam manusia.-Foto: IG @iklimkuorg-

JAKARTA, PostingNews.id — Hutan sering kali dipandang sekadar hamparan pepohonan. Padahal, di balik rimbunnya daun dan batang yang menjulang, hutan bekerja senyap menopang kehidupan. Ia menjaga iklim tetap stabil, menjadi rumah bagi jutaan makhluk hidup, dan menyediakan kebutuhan dasar manusia dari udara bersih hingga bahan pangan dan obat-obatan. Namun peran besar itu terus tergerus seiring hilangnya hutan dalam skala yang kian mengkhawatirkan.

Kerusakan hutan bukan sekadar soal pohon yang tumbang. Setiap hektare yang lenyap membawa dampak berlapis bagi bumi dan manusia. Pohon membantu menahan laju perubahan iklim dengan menyerap karbon, menjaga keseimbangan ekosistem satwa liar, dan menopang kehidupan lebih dari delapan miliar manusia. Ketika hutan menghilang, semua fungsi itu ikut melemah.

Karbon yang selama ini tersimpan di batang pohon dan tanah dilepaskan kembali ke udara. Suhu bumi naik lebih cepat. Habitat satwa menyempit, mendorong banyak spesies ke ambang kepunahan. Masyarakat yang hidup bergantung pada hutan kehilangan ruang hidup sekaligus sumber penghidupan. Meski dampaknya makin nyata, laju penebangan hutan belum juga melambat dan justru memperparah penurunan keanekaragaman hayati di berbagai belahan dunia.

Deforestasi sendiri merupakan proses penghilangan hutan secara sengaja yang berujung pada perubahan fungsi lahan secara permanen. Penelitian World Resources Institute mencatat bahwa sebagian besar kehilangan hutan didorong oleh aktivitas manusia seperti pertanian, peternakan, pertambangan, pengeboran, dan pembangunan permukiman. Hutan dibuka bukan hanya untuk pangan, tetapi juga demi memenuhi kebutuhan energi dan bahan baku industri.

BACA JUGA:Melihat Hantu Itu Nyata atau Cuma Ulah Otak? Ini yang Sebenarnya Terjadi Menurut Sains

Fenomena ini terjadi hampir di seluruh dunia, dengan dampak terbesar terlihat di Amerika Latin, Asia Tenggara, dan Afrika. Data Food and Agriculture Organization menunjukkan bahwa pada periode 2015 hingga 2020, Afrika terutama wilayah timur dan selatan mencatat tingkat deforestasi tahunan tertinggi. Amerika Selatan dan Asia, khususnya Asia Selatan dan Asia Tenggara, menyusul di belakangnya.

Mesin Sunyi Perusak Hutan Dunia

Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan peternakan menjadi penyebab utama deforestasi global. Selain itu, pertambangan, pembangunan infrastruktur, dan ekspansi permukiman ikut mempercepat hilangnya tutupan hutan. Komoditas yang dihasilkan dari bekas hutan berbeda-beda, bergantung pada kondisi ekonomi setempat. Permintaan daging yang terus meningkat, misalnya, memicu pembukaan lahan besar-besaran untuk peternakan dan penanaman pakan ternak seperti kedelai.

Hutan juga banyak ditebang untuk mengakomodasi pertumbuhan kota. Ketika lahan perumahan meluas, kawasan hijau kerap menjadi korban pertama. Tidak semua kehilangan hutan bersifat permanen, seperti penebangan selektif atau kebakaran. Industri kehutanan memang menebang jutaan pohon setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan kayu dan kertas. Namun di banyak tempat, praktik ini membuka pintu bagi kerusakan lanjutan.

Jalan-jalan yang dibangun oleh penebang, termasuk yang beroperasi secara ilegal, membuka akses ke kawasan hutan terpencil. Dari titik itulah deforestasi merembet lebih jauh. Di Malaysia dan Indonesia, pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit menjadi contoh paling nyata. Produk sawit hadir di kehidupan sehari-hari, dari sabun dan sampo hingga biskuit. Namun di baliknya, hutan terus terdesak.

BACA JUGA:Data Terbaru BNPB, Korban Bencana Sumatera Lewati Seribu Jiwa dan Ratusan Belum Ditemukan

Perkebunan sawit menyumbang sekitar tujuh persen deforestasi global pada periode 2000 hingga 2018. Data FAO menunjukkan bahwa lebih dari setengah ekspansi sawit di Malaysia dan Indonesia antara 1990 dan 2005 terjadi dengan menggantikan kawasan hutan. Di Amerika Selatan, cerita serupa terjadi di Hutan Amazon. Ekspansi peternakan sapi dan kebun kedelai menjadi penyebab utama hilangnya hutan hujan terbesar di dunia itu.

Perubahan kebijakan yang silih berganti membuat masa depan perlindungan Amazon kian tidak pasti. Sekitar 17 persen kawasan hutan ini telah hilang dalam lima dekade terakhir. Angkanya bahkan melonjak dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, Amazon mencatat tingkat deforestasi tertinggi sepanjang sejarah dengan hampir dua juta hektare hutan hilang. Dua tahun kemudian, Kolombia melaporkan kehilangan lebih dari 113 ribu hektare hutan, meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya.

Dampak deforestasi tidak berhenti pada rusaknya bentang alam. Ia menciptakan efek domino bagi manusia dan satwa. Sekitar 80 persen hewan dan tumbuhan darat hidup di hutan. Hilangnya tutupan pohon mengancam spesies seperti orangutan, harimau Sumatra, hingga berbagai jenis burung. Penebangan pohon juga menghilangkan kanopi hutan yang berfungsi mengatur suhu. Tanpa pelindung alami itu, suhu menjadi lebih ekstrem dan membahayakan tanaman serta hewan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share