Pemerintah Sebut 64 Persen Anak Miskin di Indonesia Akan Tetap Miskin di Masa Depan

Pemerintah ungkap 64 persen anak dari keluarga miskin berpotensi tetap miskin di masa depan. Sekolah Rakyat jadi solusi putus rantai kemiskinan.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id – Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono menegaskan pemerintah serius menyiapkan masa depan anak-anak Indonesia lewat program sekolah rakyat dan sekolah garuda. Ia bilang, dua program ini bukan sekadar proyek pendidikan, tapi bagian dari strategi besar untuk mencerdaskan bangsa sekaligus memutus rantai kemiskinan yang sudah menahun.
Menurut Jabo, ketimpangan ekonomi masih jadi akar masalah. Ia mengutip data yang menunjukkan sekitar 64,46 persen anak dari keluarga miskin cenderung akan tetap miskin di masa depan.
“Sekitar 64,46 persen anak dari orang tua miskin akan tetap berasa dalam kategori miskin di masa depan,” ujar Jabo saat diskusi bersama Aliansi Indonesia Raya (AIR) relawan Prabowo-Gibran di kantor Kemensos, Jakarta Pusat, Selasa, 14 Oktober 2025.
Ia menjelaskan, data dari Indikator Kesejahteraan Rakyat dan BPS 2024 menunjukkan angka putus sekolah justru naik pada tahun ajaran 2023–2024. Hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) 2024 juga mencatat bahwa hanya 86,34 persen anak Indonesia yang mengenyam pendidikan sampai SMA.
BACA JUGA:DPR Tegur Purbaya karena Kelewat Cerewet, Katanya Menkeu Kok Mirip Jubir Semua Kementerian
"Sedangkan 32,21 persen di antaranya putus sekolah. Ini yang diminta presiden agar rantai kemiskinan diputus sejak dini,” kata Jabo.
Faktor ekonomi jadi penyebab utama. Ia menyebut 76 persen keluarga di Indonesia mengaku anaknya berhenti sekolah karena kesulitan biaya. “Maka di situlah presiden meminta kami untuk membangun sekolah rakyat, sekolah garuda untuk bukan hanya mencerdaskan, tapi juga memutus rantai kemiskinan sejak dini,” ujar Ketua Umum Partai Prima itu.
Lebih lanjut, Jabo menjelaskan bahwa sekolah rakyat tak hanya fokus pada pelajaran formal seperti sekolah umum, tapi juga mengasah karakter dan keterampilan hidup agar anak-anak siap menghadapi kenyataan sosial-ekonomi di masa depan. Sistemnya berbasis asrama agar anak dari keluarga penerima manfaat bisa belajar dalam lingkungan yang lebih disiplin dan mendukung.
Saat ini, sudah berdiri 165 sekolah rakyat di seluruh Indonesia. Sebanyak 35 di Sumatera, 69 di Jawa, 7 di Bali dan Nusa Tenggara, 13 di Kalimantan, 28 di Sulawesi, 7 di Maluku, dan 6 di Papua. Sekolah-sekolah ini sebagian besar memanfaatkan bangunan yang sudah ada, tapi tetap dibangun dengan perencanaan yang matang dan standar pendidikan yang jelas.
BACA JUGA:Jokowi Nongkrong Bareng PSI di Bali, Publik Makin Yakin ‘Bapak J’ Itu Dia
Dengan kata lain, proyek ini bukan sekadar soal pendidikan gratis, tapi eksperimen sosial besar, yakni membentuk generasi baru yang tidak mewarisi kemiskinan orang tuanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News