Membongkar Jejak ‘Sultan’ Kemenaker, Noel, dan Penerusnya di Balik Skandal K3

Membongkar Jejak ‘Sultan’ Kemenaker, Noel, dan Penerusnya di Balik Skandal K3

Skandal K3 Kemenaker makin panas! Bongkar jejak ‘Sultan’ Irvian, Noel, dan penerusnya Subhan dalam pusaran korupsi miliaran rupiah.-Foto: IG @official_kpk-

“Dia membeli rekening itu. Jadi, ternyata memang mungkin dalam praktiknya ada jual beli rekening,” ujar Asep.

Tradisi Lama, Pemain Berganti

Fakta yang lebih kelam tersingkap: praktik pemerasan K3 di Kemenaker bukan inisiatif tunggal Irvian. Ini adalah tradisi lama, jaringan gelap yang diwariskan dari satu pemain ke pemain berikutnya.

Jejak Irvian terendus ketika KPK menelusuri kasus korupsi Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA). Bekerja sama dengan PPATK, KPK menemukan simpul-simpul transaksi mencurigakan sejak 2019.

Dan skema ini hidup, berputar, dan berganti wajah. Awal 2025, posisi “sultan” justru digantikan bawahannya sendiri, Subhan (SB), karena Irvian dianggap kurang loyal pada “atasannya”.

“Kemungkinan 2019 juga ada pergantian. Jadi, ketika kami nge-trace di perkaranya RPTKA ini, diketahui ada nama IBM ini, kita trace, larinya ke tahun 2019 awalnya,” jelas Asep.

Pegiat antikorupsi Tibiko Zabar menyebut kasus ini sebagai potret paling vulgar dari korupsi sistemik dan berjemaah. Jaringan yang rapi, pemain lintas level, dan pengawasan yang longgar menciptakan ruang gelap bagi praktik rasuah untuk hidup subur.

“Situasi tersebut didukung dengan lingkungan atau sistem pengawasan yang lemah. Alhasil, praktik korupsi birokrasi yang tidak hanya dilakukan oleh satu orang kembali terjadi,” ujarnya.

Menurut Tibiko, jargon antikorupsi tak ada artinya tanpa revolusi sistemik. Transparansi dan akuntabilitas mutlak diperlukan. Tanpa itu, kasus Kemenaker hanya akan jadi episode lain dari drama panjang “negara untuk segelintir orang”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News