Seperti Manusia, Anjing Bisa Depresi! Ini Gejala dan Cara Mengatasinya

Tahukah kamu? Anjing peliharaan bisa mengalami depresi layaknya manusia.-Ilustrasi-Facebook
POSTINGNEWS.ID - Tahukah kamu? Anjing peliharaan bisa mengalami depresi layaknya manusia.
Gejala-gejala seperti mogok makan, menggonggong tanpa sebab, hingga malas bergerak bisa jadi tanda awal bahwa hewan kesayanganmu sedang tidak baik-baik saja.
Menurut Prof Ronny Rachman Noor, Pakar Genetika Ekologi dari IPB University, fenomena stres dan depresi pada anjing kini bukan hal sepele.
Dalam 20 tahun terakhir, kasus anjing yang menunjukkan gangguan psikologis meningkat signifikan.
Bahkan, di beberapa negara, anjing sudah mulai diberikan obat antidepresan seperti fluoxetine—yang umumnya dikonsumsi oleh manusia.
“Kalau anjing tampak rewel, menangis, menolak makan, atau enggan buang air saat dititipkan atau ditinggal pemiliknya, itu bisa jadi tanda ia stres. Jangan anggap biasa,” ungkap Prof Ronny.
BACA JUGA:Penyayang Anabul Harus Tahu, Ternyata si Empus Juga Bisa Nangis Lho
Anjing Bukan Sekadar Hewan Peliharaan
Di banyak keluarga modern, anjing tak lagi sekadar peliharaan, melainkan bagian dari keluarga—disebut juga companion animal.
Bahkan, universitas di Eropa dan Amerika telah membentuk jurusan khusus yang fokus mempelajari interaksi manusia dengan binatang peliharaan dalam konteks emosional dan psikologis.
“Anjing membentuk ikatan emosional yang kuat dengan pemiliknya. Ketika ikatan itu terganggu—misalnya karena pemisahan atau perubahan rutinitas—maka anjing bisa merasa cemas, stres, dan akhirnya depresi,” jelas Prof Ronny.
Di rumah sakit, kehadiran anjing bahkan digunakan sebagai bagian dari terapi pasien, karena kehadiran hewan ini terbukti secara ilmiah membantu mempercepat penyembuhan mental dan fisik.
BACA JUGA:7 Makanan Basah 'Wet Food' Terbaik untuk Kucing Kesayangan, Bikin Anabul Lahap Yuk!
Faktor Genetik & Domestikasi Turut Berperan
Sejak zaman prasejarah, anjing telah melalui proses domestikasi oleh manusia, dimulai dari serigala liar sekitar 20.000–40.000 tahun lalu, dengan titik awal yang diperkirakan berada di Siberia.
Seiring waktu, seleksi genetik oleh manusia menyebabkan berkurangnya keragaman genetik, yang berdampak pada tingkat ketahanan terhadap stres pada anjing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News