NATO Latihan Tempur di Laut Baltik, Ukraina Siaga Pergerakan Pasukan Rusia

NATO Latihan Tempur di Laut Baltik, Ukraina Siaga Pergerakan Pasukan Rusia

Armada Angkatan Laut NATO dikerahkan untuk latihan tempur di Laut Baltik.--NATO

JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Latihan angkatan laut besar di Laut Baltik selama dua minggu yang melibatkan sekitar 30 kapal dan lebih dari 3.000 personel dari negara-negara anggota NATO sedang berlangsung sejak Sabtu (9/9) kemarin.
 
Latihan ini dikenal dengan nama "Pantai Utara" dan melibatkan semua negara anggota NATO di Laut Baltik, termasuk Swedia, serta beberapa negara mitra seperti Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Belgia, dan Prancis.
 
Latihan ini dianggap penting karena bertujuan untuk melatih kesigapan terhadap potensi serangan Rusia di wilayah Laut Baltik.
 
Latihan itu sendiri mencakup operasi amfibi dan serangan dari laut ke darat, yang akan melibatkan berbagai elemen angkatan laut seperti kapal perang, kapal amfibi, dan personel infanteri laut.
 
 
Ini adalah pertama kalinya Angkatan Laut Jerman merencanakan dan melaksanakan latihan sebesar ini.
 
Laksamana Muda Stephan Haisch, direktur manuver Pantai Utara, menyebutkan bahwa latihan ini merupakan langkah penting dalam meningkatkan kesiapan militer angkatan laut Jerman dan anggota NATO lainnya di wilayah Laut Baltik.
 
"Pertama kalinya AL Jerman merencanakan dan melakukan manuver sebesar itu,” Stephan Haisch.
 
Seri latihan Pantai Utara telah berlangsung sejak tahun 2007 dan melibatkan negara-negara anggota NATO serta beberapa negara mitra.
 
 
Tanggung jawab penyelenggaraan latihan ini bergantian setiap tahun antara Jerman, Denmark, Swedia, dan Finlandia.
 
Tahun ini, latihan Pantai Utara menekankan penggunaan skenario realistis dalam kerangka pertahanan aliansi.
 
Artinya, latihan ini dirancang untuk mempersiapkan pasukan NATO menghadapi situasi nyata yang dapat terjadi di wilayah Laut Baltik.
 
Latihan ini akan berlangsung di lepas pantai serta di wilayah Latvia dan Estonia.
 
 
Salah satu fokus utama dari latihan ini adalah mengamankan rute laut Baltik.
 
Hal ini mencakup penggunaan kapal-kapal yang berlatih di lepas pantai Estonia dan Latvia.
 
Wakil Laksamana Jan Christian Kaack, kepala Angkatan Laut Jerman, menekankan pentingnya mengamankan rute laut Baltik.
 
“Salah satu fokus utama adalah mengamankan rute laut Baltik," kata Christian Kaack, Jumat (8/9) sebelumnya.
 
 
Karena negara-negara Baltik dan Finlandia hampir 100 persen bergantung pada jalur pasokan maritim melalui Laut Baltik.
 
Kepadatan wilayah tersebut membuatnya rentan terhadap potensi gangguan atau serangan.
 
Latihan ini juga melibatkan penggunaan kapal amfibi, seperti USS Mesa Verde dari Angkatan Laut Amerika Serikat.
 
Kapal amfibi memiliki kemampuan untuk membawa pasukan dan peralatan serta mendukung operasi amfibi, yang penting dalam merespons serangan dari laut ke darat.
 
 
Serangkaian insiden yang melibatkan pesawat dan kapal Rusia serta pasukan NATO telah meningkat di Laut Baltik dan Laut Hitam selama beberapa tahun terakhir.
 
Konflik antara Rusia dan NATO telah membuat kedua pihak meningkatkan aktivitas militer mereka di wilayah tersebut.
 
Latihan Angkatan Laut Rusia di Laut Baltik menjadi respons terhadap latihan NATO di wilayah tersebut.
 
Rusia secara rutin mengadakan latihan militer di Laut Baltik, sering kali sebagai tanggapan terhadap aktivitas NATO.
 
 
Hal itu membuat dinamika yang semakin tegang di wilayah tersebut.
 
Selama konflik di Ukraina, Angkatan Laut Rusia memainkan peran penting dalam serangan terhadap Ukraina.
 
Mereka menggunakan kapal perang dan kapal selam serta senjata lainnya dalam serangan tersebut.
 
Ukraina juga melaporkan adanya peningkatan pasukan Rusia di wilayah yang diduduki oleh mereka.
 
 
Pada Juni 2023, pasukan Ukraina melancarkan serangan balasan di timur dan selatan, tetapi mereka menghadapi perlawanan sengit dari pasukan Rusia.
 
Serangan tersebut dilakukan sebagai respons terhadap agresi Rusia di wilayah Ukraina.
 
 
Ukraina Siaga Ancaman Rusia
 
Pasukan Ukraina juga melaporkan adanya serangan baru di sekitar Kharkiv.
 
Pasukan Rusia tampaknya ingin membubarkan pasukan Ukraina di timur agar mereka tidak bisa berkonsentrasi untuk mempertahankan wilayah di sekitar Bahkmut.
 
 
Selama seminggu terakhir, pasukan Rusia dilaporkan telah menembakkan hampir 400 ribu peluru ke wilayah pasukan Ukraina di front timur.
 
Selain itu, Ukraina juga melaporkan bahwa Rusia aktif melancarkan serangan dari Krimea, yang telah dianeksasi oleh Rusia sejak 2014.
 
“Federasi Rusia telah menurunkan lebih dari 420 ribu prajurit di wilayah kami yang mereka aneksasi sementara, termasuk Krimea,” ungkap Skibitsky Sabtu (9/9) kemarin.
 
Serangan tersebut mencakup penggunaan drone untuk menyerang pelabuhan Ukraina di Izmail dan Reni.
 
 
Dua pelabuhan tersebut memiliki peran penting sebagai pusat ekspor alternatif, terutama setelah berakhirnya perjanjian yang melindungi ekspor di Laut Hitam.

Temukan konten Postingnews.Id menarik lainnya di Google News

Sumber: