Kepala BPOM Ungkap Kasus Gagal Ginjal Pada Anak, Disebabkan Bioterrorism dan Fasilitas Ilegal?

Jumat 25-11-2022,20:27 WIB
Reporter : Jihan Meiby
Editor : Ristanto

JAKARTA, POSTINGNEWS.ID -  Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny Kusumastuti  Lukito angkat bicara mengenai kemungkinan kasus ginjal akut merupakan serangan bioterrorism.

Bioterrorism merupakan tindakan pelepasan virus, bakteri atau agen biologi lainnya secara  sengaja yang dapat membuat korbannya menjadi sakit atau bahkan mati.

Kasus gagal ginjal akut yang menyerang 324 anak disebabkan oleh senyawa yang dapat merusak  organ dalam yaitu ginjal.

BACA JUGA:Kisah Pilu Bocah yang Selamat dari Reruntuhan Gempa Cianjur, Usianya Masih 5 Tahun

BACA JUGA:Kompak! Jokowi Ditemani Prabowo Pantau Korban Gempa Cianjur di RSUD Sayang

Senyawa tersebut adalah etilen glikol (EG) dan dietilen glikol  (DEG) yang dikatakan melampaui ambang batas ketentuan dalam obat tidak lebih dari 0,1%.

Ketua BPOM, Penny mengungkapkan hal tersebut dalam Podcast bersama Deddy Corbuzier dalam  Youtube Channel Deddy Corbuzier pada Kamis, 24 November 2022.

"Hal seperti ini bisa saja kan bioterrorism?" tanya Deddy Corbuzier.

"Bisa, masuk melalui produk obat, produk pangan, kosmetik pun juga bisa mengandung cemaran  ataupun senyawa toxic yang sangat berbahaya" jawab Penny.

BACA JUGA:Andien Plus Tompi Bakal Tampil di 'Jazz In The Valley' 2022 , Jangan Sampai Ketinggalan!

BACA JUGA:Jin BTS Jadi Personel BTS Pertama yang Ikut Wamil, Berikut Bocoran Tanggalnya!

Penny mengungkapkan kemungkinan tersebut bisa terjadi karena penjualan obat yang berbahaya  juga dilakukan secara online dengan harga yang sangat murah.

"Salah satu obat yang kemarin tidak memenuhi standar dengan kandungan Etilen glikol (EG) dan  dietilen glikol (DEG)  yang tinggi itu dijual secara online dan sangat murah harganya,"  ungkapnya.

Penny mengungkapkan ada temuan obat sirop yang dinyatakan berbahaya karena mengandung  cemaran EG dan DEG sampai 400 kali dari ambang atas.

"Bayangkan, kandungannya dibandingkan ambang batasnya 0,5 mg/ berat badan sampai sekitar 400  kalinya. Jadi, bukan cemaran lagi memang konsentrasi cemaran tersebut jadi pelarutnya" ungkap  Penny.

Kategori :