Dua Hari Tanpa Bantuan, Keluarga yang Terisolasi di Tapteng Bertahan di Hutan dengan Nangka dan Air Hujan

Rabu 03-12-2025,18:25 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

Banjir bandang dan longsor yang melanda Tapanuli Tengah sejak Selasa 26 November 2025 memang membawa dampak besar. Berdasarkan data BPBD Sumut, setidaknya 86 warga meninggal dunia dan 84 lainnya masih hilang. Akses jalan dari Singkil memang sudah terbuka, tetapi sejumlah kecamatan tetap terisolasi karena jembatan putus dan longsoran yang menutupi jalan.

BACA JUGA:Dituding Zionis karena Bertemu Netanyahu, Gus Yahya: Saya Datang Demi Palestina, Titik

Rosmawati Zebua, warga Tapteng yang kini tinggal di Jakarta, menjadi sosok pertama yang menyebarkan video keluarganya hingga viral. Ia mengaku terakhir berkomunikasi lewat video call pada Selasa pukul 10.00 WIB. Ketika itu, tujuh anggota keluarganya sudah naik ke perbukitan Aek Saeli demi menyelamatkan diri. Namun hujan deras dan sinyal buruk membuat komunikasi terputus.

“Video yang viral itu adalah keluarga saya. Ada tujuh orang di sana. Termasuk mamak saya. Kami terakhir Video Call pukul 09.30 WIB. Itu memang posisi mereka sudah di atas. Tapi karena jaringan jelek, jadi terputus. Terakhir mereka kirim video yang isinya minta tolong. Karena khawatir saya share video itu,” jelasnya.

Pada pukul 10.30 WIB, keluarga kembali mengirim pesan video yang berisi permintaan bantuan. Rosmawati pun membagikannya ke media sosial. Video itu viral, memicu kepedulian publik, dan akhirnya membuka jalan bagi bantuan datang ke lokasi-lokasi yang sebelumnya tak terjangkau.

Kisah keluarga Rosmawati bukan sekadar potret dahsyatnya bencana di Tapanuli Tengah. Ini adalah cerita tentang ketakutan, keberanian, dan harapan yang bertahan meski di tengah situasi paling genting. Sebuah kisah yang mengingatkan bahwa di balik angka korban dan data resmi, selalu ada manusia yang berjuang hidup-hidup di tengah bencana.

Kategori :