POSTINGNEWS.ID --- Kebijakan pemerintah menaikkan tarif cukai rokok demi menekan jumlah perokok tampaknya menghadapi tembok tebal bernama "candu". Alih-alih berhenti merokok karena harga mahal, masyarakat Indonesia justru melakukan manuver cerdas: pindah ke merek yang lebih murah.
Fenomena ini diungkapkan blak-blakan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Djaka Budhi Utama, dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Senin (24/11) lalu.
Data menunjukkan ada pergeseran pola konsumsi yang signifikan di tahun 2025 ini. Rokok premium (Golongan 1) ditinggalkan, sementara rokok murah (Golongan 2 dan 3) justru panen cuan. Kok bisa? Simak 3 fakta ironis industri rokok tanah air berikut ini!
BACA JUGA:Cara Efektif Berhenti Merokok: Langkah Kecil yang Bisa Selamatkan Hidupmu
1. Prinsip "Yang Penting Mulut Berasap"
Djaka Budhi Utama menyoroti perilaku perokok di Indonesia yang dinilai unik dan "kebal" harga. Kenaikan harga rokok premium tidak membuat mereka berhenti, melainkan hanya menurunkan standar selera mereka.
"Masyarakat sepertinya sudah jenuh dengan tingkat harga rokok, sehingga yang penting mereka mulutnya berasap," ujar Djaka menyindir realitas lapangan.
Kampanye bahaya kesehatan yang digencarkan pemerintah seolah kalah telak dengan kebutuhan nikotin harian masyarakat. Akibatnya, kebijakan fiskal (cukai) belum memberikan dampak drastis pada pengurangan jumlah perokok aktif.
BACA JUGA:Purbaya Bakal Godok Tarif Baru Untuk Rokok: Cukai Tinggi Malah Tembakau Ilegal Masuk
2. Data Bicara: Rokok Murah Naik Daun
Secara nasional, produksi rokok hingga Oktober 2025 memang turun tipis 2,8% menjadi 258,4 miliar batang. Namun, jika dibedah per golongan, terlihat jelas adanya migrasi konsumen:
Golongan 1 (Mahal): Produksinya anjlok drastis.
Golongan 2 (Menengah): Naik dari 74,2 miliar menjadi 76,5 miliar batang.
Golongan 3 (Murah): Naik menjadi 56,2 miliar batang.
Ini adalah bukti nyata fenomena downtrading. Dompet menipis, tapi "ngebul" harus tetap jalan. Solusinya? Cari rokok second tier yang harganya lebih bersahabat.
3. Perang Melawan 1 Miliar Rokok Ilegal
Efek samping lain dari mahalnya rokok legal adalah suburnya pasar gelap. Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, membeberkan data yang bikin geleng-geleng kepala.