POSTINGNEWS.ID - Pemerintah Prancis tengah menyiapkan langkah strategis untuk memodernisasi pesawat tempur Mirage 2000D agar mampu menghadapi ancaman drone kamikaze jarak jauh milik Rusia.
Modernisasi ini dilakukan untuk memperkuat sistem pertahanan udara di tengah meningkatnya ketegangan keamanan di Eropa.
Kepala Staf Angkatan Udara dan Antariksa Prancis menyebut langkah ini bukan hanya hasil pembelajaran dari perang Ukraina, tetapi juga bagian dari antisipasi terhadap potensi ancaman langsung ke wilayah Prancis.
BACA JUGA:Habiburokhman: Saya Belum Pernah Ketemu Orang yang Nolak MBG
Drone Rusia diketahui memiliki jangkauan hingga mencapai kawasan Eropa Barat jika diluncurkan dari Kaliningrad atau Belarus.
Program modernisasi ini mencakup integrasi senjata baru, salah satunya roket berpemandu FZ275 LGR 70 mm buatan Thales.
Sistem senjata ini dianggap efektif dalam menghadapi target udara kecil seperti drone kamikaze yang sulit dideteksi radar.
BACA JUGA:Prabowo Turun Tangan Urus Menu MBG, Katanya Cukup Rp10 Ribu Bisa Dapat Ayam dan Telur
Prancis mengikuti jejak Amerika Serikat yang telah lebih dulu menyesuaikan pesawat F-16 dan F-15E dengan senjata antidrone serupa.
Dengan begitu, Prancis diharapkan mampu memperkuat armada tempurnya tanpa harus bergantung sepenuhnya pada jet Rafale yang lebih mahal dan terbatas jumlahnya.
Meskipun demikian, proses integrasi senjata baru ini tidak sederhana.
BACA JUGA:Golkar: Bahlil Diframing Jahat, Tapi Publik Sudah Tahu Mana Drama Mana Kerja Nyata
Diperlukan pembaruan perangkat lunak sistem tempur dan penyempurnaan avionik agar Mirage 2000D dapat beroperasi dengan stabil menggunakan teknologi baru tersebut.
Dalam program Rénovation à Mi-Vie (RMV) sebelumnya, Mirage 2000D sudah ditingkatkan kompatibilitasnya dengan rudal udara-ke-udara MICA IR dan pod senjata CC422.
Namun, pesawat ini belum sepenuhnya mendukung bom presisi AASM Hammer, yang dirancang khusus untuk misi serangan darat.