Akta Jual Beli Muncul Usai Rumah Dibongkar, Kasus Nenek Elina Kian Janggal

POSTINGNEWS.ID — Sengketa rumah yang menimpa Nenek Elina di Surabaya kembali memunculkan kejanggalan baru. Kuasa hukum keluarga menyoroti terbitnya akta jual beli yang muncul setelah rumah kliennya dibongkar paksa.

Kasus ini melibatkan Nenek Elina Widjajanti, warga lanjut usia yang telah puluhan tahun menempati rumah di Dukuh Kuwukan, Kecamatan Sambikerep, Surabaya. Sengketa bermula dari klaim kepemilikan oleh seorang pria bernama Samuel.

Samuel mengklaim telah membeli tanah dan bangunan tersebut sejak 2014 dari Elisa Irawati, kakak kandung Elina. Padahal, Elisa meninggal dunia pada 2017 dan meninggalkan enam orang ahli waris.

Kuasa hukum Elina, Wellem Mintarja, menyebut kliennya tidak pernah melihat atau menerima bukti akta jual beli dari pihak Samuel selama bertahun-tahun.

BACA JUGA:Bumi Makin Panas, Penyakit dari Hewan ke Manusia Ikut Mengintai

“Dia (Samuel) tidak pernah sama sekali menunjukkan bahwa saya pembeli apa dan sebagainya, tidak. Tetapi 2025 tiba-tiba mengeklaim,” kata Wellem di Polda Jatim, Minggu (28/12/2025).

Masalah memuncak pada 5 Agustus 2025 ketika keluarga Elina diduga diusir secara paksa dari rumah tersebut. Sehari berselang, bangunan rumah dibongkar hingga rata dengan tanah.

Pihak Elina kemudian melakukan pengecekan data kepemilikan di Kelurahan Lontar pada 23 September 2025. Dari hasil pengecekan, tanah tersebut masih tercatat atas nama Elisa Irawati.

Namun, keesokan harinya muncul akta jual beli atas nama Samuel. Wellem menegaskan dokumen tersebut diterbitkan pada 24 September 2025 atau setelah peristiwa pengusiran dan pembongkaran.

BACA JUGA:SP3 KPK Picu Tanda Tanya, Dugaan Korupsi Tambang Rp2,7 Triliun Tak Dilanjutkan

“Kita menemukan, akta jual-beli itu tertanggal 24 September 2025. Baru. Penjualnya (atas nama) dia (Samuel), pembelinya ya dia (Samuel),” tegasnya.

Selain itu, perubahan Letter C di kelurahan disebut dilakukan tanpa melibatkan para ahli waris, yang dinilai melanggar prosedur administrasi pertanahan.

Pihak keluarga bersikukuh bahwa tanah tersebut tidak pernah dijual oleh Elisa semasa hidup maupun oleh Elina dan ahli waris lainnya.*