Kandang Banteng Mulai Diuji, Pengurus Baru PDIP Jateng Diminta Turun ke Akar Rumput
Pengurus baru PDIP Jawa Tengah diminta segera turun ke akar rumput untuk menjaga basis lama dan menghadapi tantangan elektoral ke depan.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id -- Jawa Tengah sejak lama dikenal sebagai ladang empuk banteng. Basis pemilihnya tebal, militansinya kuat, dan sejarah politiknya berpihak. Tapi peta tak pernah benar-benar statis. Pergantian kepengurusan di tubuh PDIP Jawa Tengah kini dibaca sebagai momen penentuan, bertahan sebagai kandang banteng atau perlahan kehilangan pijakan.
Pengurus baru yang mayoritas diisi kader muda dinilai tak punya banyak waktu untuk beradaptasi. Mereka dituntut langsung turun ke bawah, menyapa akar rumput, dan menguatkan kembali simpul-simpul loyalitas. Jika tidak, risiko pergeseran dukungan bukan sekadar ancaman di atas kertas.
Peneliti senior Bidang Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional, Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, Lili Romli, menilai langkah cepat adalah kunci. Menurutnya, Jawa Tengah hanya akan tetap menjadi kandang banteng jika mesin partai bergerak sampai ke lapisan paling bawah. “Harus langsung terjun melakukan konsolidasi ke akar rumput, jika ingin agar Jateng tetap menjadi kandang Banteng,” ujarnya kepada wartawan, Minggu 28 Desember 2025.
Bagi Lili, regenerasi kepengurusan tak otomatis menjamin keberlanjutan dukungan. Tanpa kerja lapangan yang intens, massa di bawah bisa saja berpaling. Politik, katanya, tidak mengenal ruang kosong. Ketika satu partai lengah, partai lain siap mengisi. “Kalau tidak langsung terjun, massa di akar rumput bisa diambil atau pindah ke partai lain. Jika tidak ada konsolidasi, Jateng bisa tidak lagi sebagai Kandang Banteng,” kata dia.
BACA JUGA:Harga Pangan Melonjak di Medan, Warga Kian Tertekan Jelang Akhir Tahun
Meski begitu, Lili tak menampik bahwa langkah regenerasi yang ditempuh PDI-P Jawa Tengah sudah berada di jalur yang tepat. Pergantian generasi dianggap bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan. Komposisi pemilih ke depan berubah, dan partai harus menyesuaikan diri jika ingin tetap relevan. “Saya kira ya, regenerasi kepengurusan di PDI-P tersebut sudah tepat dan bahkan suatu keharusan. Saatnya anak-anak muda yang tampil memimpin partai, bukan lagi generasi tua,” ujarnya.
Ia menambahkan, kontestasi Pemilu 2029 akan sangat ditentukan oleh pemilih muda. Jika partai gagal membaca karakter mereka, sejarah panjang di Jawa Tengah tak lagi cukup sebagai jaminan. “Era sekarang adalah eranya anak-anak muda yang harus tampil dan memimpin partai. Ini karena, nanti pada Pemilu 2029, mayoritas pemilih adalah anak-anak muda,” sambung Lili.
Regenerasi itu sendiri sudah resmi bergulir. Kepengurusan baru Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Jawa Tengah terbentuk lewat konferensi daerah dan konferensi cabang serentak di Semarang, Sabtu 27 Desember 2025. Proses ini menandai berakhirnya masa kepemimpinan lama dan dibukanya babak baru.
Setelah mundurnya FX Hadi Rudyatmo dari posisi pelaksana tugas ketua DPD, tongkat estafet kini dipegang Dolfie Othniel Frederic Palit. Ia ditetapkan sebagai Ketua DPD PDI-P Jawa Tengah untuk periode 2025–2030.
BACA JUGA:SBY Angkat Bicara Soal Bencana di Sumatera, Gaya Penanganan Prabowo-Gibran Jadi Sorotan Publik
Pelantikan berlangsung di Hotel Patra Semarang dan dipimpin langsung oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Sejumlah tokoh nasional turut hadir, di antaranya Puan Maharani, Hendrar Prihadi, hingga Andika Perkasa.
Di sela acara, Dolfie menjelaskan bahwa konferensi daerah ini merupakan kelanjutan dari Kongres Partai ke-6. Ia menyebut Jawa Tengah menjadi salah satu daerah terakhir yang merampungkan agenda tersebut.
“Konferda ini adalah tindak lanjut dari Kongres Partai ke-6. Seluruh Indonesia melaksanakan Konferda, dan Jawa Tengah ini yang ke-37 dari 38 Konferda,” kata Dolfie.
Ia menuturkan, proses diawali dengan laporan pertanggungjawaban pengurus lama yang kemudian diterima forum. Setelah itu, struktur kepengurusan baru dibentuk dan dirinya mendapat mandat langsung dari ketua umum untuk memimpin Jawa Tengah.
“Laporan pertanggungjawaban pengurus sebelumnya sudah disampaikan dan diterima. Selanjutnya dibentuk kepengurusan ke depan, dan saya ditugasi oleh Ibu Ketua Umum sebagai Ketua DPD Jawa Tengah,” lanjutnya.
Penunjukan Dolfie sebagai penerus Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul, disebutnya melalui mekanisme internal yang ketat. Ia mengungkapkan keputusan tersebut diambil berdasarkan hasil psikotes serta rapat pleno DPP PDI-P.
“Kalau kami membaca SK, penunjukan ini berdasarkan psikotes dan rapat pleno DPP,” beber Dolfie.
BACA JUGA:Afrika Diam-Diam Terbelah, Daratan Timur Bersiap Pisah dan Bentuk Samudra Baru
Dalam struktur baru tersebut, kepengurusan DPD PDI-P Jawa Tengah berjumlah 25 orang. Delapan di antaranya adalah perempuan, sehingga memenuhi ketentuan keterwakilan perempuan minimal 30 persen.
“Kepengurusan ini sudah memenuhi persyaratan keterwakilan perempuan. Ini menjadi komitmen partai,” tambah Dolfie.
Kini, tantangan sebenarnya baru dimulai. Regenerasi telah dilakukan, struktur sudah dibentuk, dan mandat politik telah diberikan. Namun, seperti diingatkan Lili Romli, semua itu akan sia-sia jika tidak segera diterjemahkan ke kerja nyata di lapangan. Di Jawa Tengah, kandang banteng hanya bisa dipertahankan jika partai kembali menyentuh tanah, mendengar denyut bawah, dan tidak membiarkan basis lama merasa ditinggalkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News