Gas Dalam Negeri Kian Haus, Kuota Ekspor Mulai Ditekan Perlahan

Gas Dalam Negeri Kian Haus, Kuota Ekspor Mulai Ditekan Perlahan

Kebutuhan gas domestik terus naik. Pemerintah mulai menekan kuota ekspor gas demi menjaga pasokan industri dan pembangkit listrik.-Foto: Dok. Pertamina-

JAKARTA, PostingNews.id — Pemerintah mulai mengencangkan ikat pinggang ekspor gas. Bukan tanpa alasan. Kebutuhan di dalam negeri kian rakus, sementara pasokan dari lapangan gas tak lagi segemuk dulu. Jalan yang diambil pun jelas, kuota ekspor gas akan dipangkas perlahan agar industri dan pembangkit listrik di Tanah Air tidak kehabisan napas.

Sinyal itu datang dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Hendra Gunawan mengatakan sebagian besar Gas Bumi saat ini memang sudah diarahkan untuk kebutuhan domestik. Industri dan pembangkit menjadi prioritas, meski pemerintah masih menyisakan ekspor baik lewat pipa maupun LNG.

“Pemerintah telah menerapkan kebijakan untuk memprioritaskan kebutuhan gas dalam negeri, dan kuota ekspor akan diturunkan secara bertahap,” kata Hendra dalam diskusi publik INDEF pada Selasa 23 Desember 2025.

Angkanya menunjukkan arah kebijakan itu. Sepanjang Januari hingga September 2025, rata rata pemanfaatan gas bumi tercatat sebesar 5.594 Billion British Thermal Units per Day. Dari jumlah itu, porsi domestik menyerap 3.895 BBTUD, sementara ekspor berada di angka 1.658 BBTUD. Komposisi ini memperlihatkan bagaimana gas makin diperas untuk kepentingan dalam negeri.

BACA JUGA:Hashim Sebut Prabowo Tak Punya Sejengkal Pun Lahan Sawit di Indonesia

Masalahnya, permintaan terus naik. Terutama dari sektor ketenagalistrikan yang semakin bergantung pada gas sebagai bahan bakar transisi. Di sisi lain, produksi dari lapangan gas eksisting justru menunjukkan tren penurunan alamiah. Kombinasi ini membuat ruang ekspor makin sempit.

Hendra berharap proyek-proyek besar bisa menjadi penopang baru. Pengembangan wilayah kerja South Andaman, Masela, hingga Genting diharapkan mampu menahan laju penurunan produksi. Namun pasokan saja tak cukup. Infrastruktur juga harus ikut digenjot agar gas bisa sampai ke titik-titik konsumsi baru.

“Untuk memenuhi kebutuhan gas domestik dan perkiraan tumbuhnya potential demand di beberapa wilayah perlu dikembangkan infrastruktur gas melalui pembangunan jaringan transmisi dan distribusi yang lebih luas,” tegas dia.

Arah yang sama sebelumnya juga disampaikan oleh SKK Migas. Lembaga ini memproyeksikan ekspor gas alam cair Indonesia tahun ini bakal menyusut karena alokasinya lebih banyak disedot pasar domestik. Jika tahun lalu ekspor LNG terkontrak berada di kisaran 167 hingga 170 kargo, tahun ini angkanya diperkirakan turun.

BACA JUGA:Mirip Zaman Orba, Diskusi Buku Reset Indonesia Dibubarkan Aparat

SKK Migas memperkirakan ekspor LNG hanya sekitar 150 kargo. Sementara alokasi untuk dalam negeri mencapai 86 kargo. Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi menyebut hingga pertengahan tahun, realisasi pasokan gas domestik sudah mendekati 70 persen atau tepatnya 69,2 persen dari total produksi nasional.

Lonjakan kebutuhan paling terasa datang dari sektor kelistrikan. Permintaan LNG di dalam negeri terus membesar, ditopang kenaikan permintaan dari PLN. Jika sebelumnya perusahaan listrik pelat merah itu menyerap sekitar 60 kargo LNG per tahun, sejak tahun lalu kebutuhannya melonjak menjadi 100 kargo per tahun.

“Ekspor 2025 diperkirakan sedikit lebih turun dari tahun sebelumnya. Mungkin dari ekspor sebanyak 150 kargo, domestik mencapai 86 kargo. Ini masih bergerak terus perkiraan awal saja yang bisa kita sampaikan,” kata Kurnia saat konferensi pers Kinerja Hulu Migas Tengah Tahun 2025 di Jakarta pada Senin 21 Juli 2025.

Menurut Kurnia, angka ekspor itu pun belum sepenuhnya terkunci. Sebagian kargo masih dikaji untuk dialihkan ke pasar domestik jika kebutuhan dalam negeri terus meningkat. Namun ia belum mau membuka detail berapa besar porsi yang akan dialihkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share