Isu Merger Gojek-Grab Makin Nyaring, Maxim Merinding karena Takut Monopoli

Isu Merger Gojek-Grab Makin Nyaring, Maxim Merinding karena Takut Monopoli

Perusahaan ojek online bakal merger--

JAKARTA, PostingNews.id — Isu merger antara GoTo dan Grab kembali bikin gempar jagat transportasi daring. Bisik-bisik yang sudah lama beredar kini terdengar lebih keras dan langsung memancing reaksi para pemain lain di pasar. Maxim menjadi salah satu yang paling vokal. Mereka menilai bila dua raksasa itu benar-benar bergabung, persaingan usaha bisa berubah miring dan pasar berpotensi dikuasai satu kubu saja.

Director Development Maxim Indonesia, Dirhamsyah, mengakui pihaknya masih menunggu kejelasan resmi mengenai rencana penggabungan tersebut. Meski begitu, ia tidak menutup kekhawatiran terhadap dampak jangka panjang jika konsentrasi pemain di pasar menjadi terlalu kuat. Menurutnya, efeknya bukan cuma menghantam pelaku usaha kecil, tetapi juga menyentuh konsumen yang selama ini menikmati tarif bersaing dan layanan beragam.

“Kalau dari Maxim sih harapannya yang kita takutkan nanti akan ada monopoli dan lain-lain,” ujarnya pada Kamis 11 Desember 2025.

Dirhamsyah menambahkan bahwa isu merger ini masih sekadar kabar yang bergulir tanpa pegangan resmi. Maxim belum menerima informasi apa pun dari regulator, pelaku industri, maupun perusahaan terkait. Mereka memilih menunggu sambil menyiapkan langkah antisipasi.

BACA JUGA:Ketika Filsafat dan Teologi Sama-Sama Ngegas Berebut Kebenaran

“Kami belum ada dengar sama sekali info-info terkait gimana nanti kelanjutan-kelanjutannya,” katanya.

Walau belum ada kepastian, perusahaan itu sudah menyiapkan berbagai skenario mitigasi, termasuk intensif berdiskusi dengan regulator. Maxim meyakini pemerintah akan memegang peran besar dalam menjaga keseimbangan pasar apabila isu merger itu pada akhirnya benar menjadi kenyataan.

“Saya yakin dari sisi pemerintah bakal memberikan solusinya sebaik-baiknya,” ujar Dirhamsyah. Harapan mereka sederhana, agar aturan dapat menjaga ruang persaingan tetap adil dan tidak menutup pintu bagi pemain lain.

Di tengah spekulasi, GoTo menyampaikan pernyataan yang cenderung menahan diri. Mereka menegaskan tidak memiliki informasi baru mengenai isu merger selain yang sudah pernah disampaikan dalam keterbukaan informasi sebelumnya. Meski begitu, GoTo tidak menutup kemungkinan adanya diskusi strategis jika hal tersebut dianggap relevan bagi kepentingan perusahaan dan mitra-mitranya.

BACA JUGA:Datang ke Forum Pemda–DPRD soal Pemotongan Anggaran, Purbaya: Saya Biasa Dibantai

GoTo juga menekankan bahwa kesejahteraan mitra pengemudi tetap menjadi prioritas, dan setiap langkah strategis harus mengikuti peraturan yang berlaku, terutama bila pembahasan merger benar-benar masuk tahap lebih serius.

Sementara itu, CEO BPI Danantara, Rosan Roeslani, ikut angkat suara. Ia mengatakan pihaknya masih menunggu proses resmi dari GoTo dan Grab. Rosan tidak ingin terburu-buru mengambil sikap sebelum bentuk kerja sama antara kedua perusahaan itu jelas.

Ia menegaskan bahwa Danantara baru akan melangkah setelah proses internal masing-masing perusahaan selesai dinilai. Sikap ini menggambarkan bahwa pembicaraan merger masih jauh dari kata final dan seluruh pemain utama pun tampak berhati-hati membaca situasi.

Hingga kini, belum ada satu pun keputusan yang bisa dijadikan pegangan. Namun pasar sudah lebih dulu merasakan getarannya. Para pengemudi, konsumen, hingga pelaku industri lainnya ikut menanti dengan cemas sekaligus penasaran. Jika merger dua raksasa teknologi ini benar-benar terwujud, industri ride-hailing diperkirakan akan berubah besar-besaran dan peta persaingan bisa bergeser drastis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share